Kamis, 17 Maret 2011



HMI MPO harus bangun dari ‘tidur’ yang cukup lama dijalaninya. Organisasi ini harus membangun kesadaran untuk merespons masa depan. Bukan justru merespons masa lalu yang selama ini masih tampak dilakukan.
Jika tidak membangun kesadaran tersebut, dikhawatirkan HMI MPO akan menjadi penonton dan bukan menjadi pemain utama dalam gerak perubahan bangsa.
Demikian disampaikan Rektor Paramadina, Anies Baswedan, kepada HMINEWS.COM di kampus Universitas Paramadina, beberapa waktu lalu menanggapi kondisi HMI MPO sekarang ini. Anies yang terpilih di urutan ke 60 dari 100 intelektual dunia mengkhawatirkan kondisi HMI MPO sekarang yang menurut dia alam pikirnya masih merespons masa lalu seperti ketika masa perlawanan terhadap Orde Baru.


“Nuansa itu terasa. Padahal tantangan sekarang berbeda. Tapi, teman-teman masih merespons masa lalu. Kalau kebekuan ini tidak dipecahkan, maka HMI MPO tidak akan bisa berperan sebagai pemain dalam perubahan,” kritiknya. Salah satu rektor termuda di Indonesia tersebut meminta, perlu ada keseriusan untuk memecahkan masalah ini di internal HMI MPO. “Ayo wake upwake up (bangun, bangun-red) kalian! Saya sungguh khawatir dengan kondisi HMI MPO sekarang,” ujar Anies dengan nada serius.
Market dan Kompetitor Masa Depan
Anies yang baru saja menerima penghargaan Young Global Leader 2009 di World Economi Forum mengatakan, perkaderan HMI MPO sekarang harus bisa mendesain agar sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan melahirkan orang-orang yang mampu memainkan peran utama dalam perubahan. Tema-tema diskusi dan kegiatan di HMI MPO juga harus bisa memikirkan ini dan jangan terjebak seperti tema-tema ketika periode perlawanan terhadap Orde Baru. “Di masa depan, kompetitor kader HMI bukanlah anak-anak GMNI, KAMMI, PMII atau teman -teman di perguruan tinggi dalam negeri. Tapi, ribuan anak-anak muda Indonesia yang sekarang ini sedang menuntut ilmu di luar negeri,” katanya.
Sekarang ini, ujar Anies, ada 29.000 anak muda Indonesia yang sedang kuliah di Australia. Belum lagi ribuan orang yang mengambil studi di Amerika dan negara-negara luar lainya. Anak-anak muda inilah ke depan yang diprediksi akan mengambil peran dalam proses perubahan Indonesia. “Mereka memiliki perangkat ilmu dan kekuatan network internasional yang lebih bagus. Apakah mereka tidak punya nasionalisme? Anda salah kalau mengatakan tidak. Mereka tinggi sekali komitmennya terhadap Indonesia,” tandasnya.
Lulusan-lulusan luar negeri ini, lanjut Anies, menyiapkan diri tidak hanya untuk mengisi ruang di state (pemerintahan). Tapi juga di market (pasar) yang belum banyak anak muda berminat untuk mengisi wilayah ini. Dijelaskan Anies, unsur masyarakat itu ada tiga yaknistate (negara), market ( pasar) dan civil society (masyarakat sipil). “Pasar sekarang dan ke depan itu masih relatif kosong. Perkaderan HMI mestinya sekarang juga mendesain orang-orang untuk menjadi pemain utama di pasar. Jangan hanya fokus untuk mengisi state dancivil society seperti di masa lalu. Padahal ke depan pasar akan semakin menentukan, ” tandasnya. Menurut dia, pasar jangan sampai hanya diisi oleh orang-orang asing saja atau para pengusaha yang hanya berorientasi akumulasi kapital dan tidak memiliki keberpihakan sosial.
Di HMI MPO, kata Anies, harus dikhawatirkan ketika aktivis itu hanya menjadi label semata. Namun, tidak diikuti dengan kapasitas yang harusnya dimiliki sebagai aktivis sesungguhnya. “Sederhana, misalnya ketika kader HMI MPO ditanya kemampuan bahasa Inggrisnya, tumbang mereka. Bagaimana ini, padahal itu kemampuan dasar yang harus dimiliki,” ujarnya. Kalau kader-kader HMI MPO sekarang tidak bisa membaca masa depan dan mempersiapkan diri, anak-anak muda lulusan luar negeri inilah yang akan menjadi pemain utama dalam perubahan Indonesia di masa mendatang. “Sementara kalau kalian sekarang masih lebih suka merespons masa lalu, siap-siap menjadi penonton saja,” kritik Anies lagi.
Alumni HMI UGM ini berharap, perkaderan HMI MPO bisa melahirkan calon-calon pemimpin yang bisa memainkan peran di masa depan. Baik di state, civil society dan termasuk di market. Anies menganalogikan, ketika bulan Ramadhan kemarin ada undangan dari Korps Alumni HMI (KAHMI). Undangan itu berisi buka bersama di kediaman alumni-alumni HMI yang sekarang menjadi menteri atau pejabat tinggi negara. “Saya khawatir, sepuluh sampai dua puluh tahun mendatang, undangan yang datang ke saya, bukan lagi dari alumni HMI. Tapi dari korps alumni mahasiswa Amerika atau ikatan alumni mahasiswa Australia dan sejenisnya,” tuturnya.

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar