Mahasiswa adalah kaum
terpelajar muda yang berada pada level tertinggi suatu proses pendidikan, dimana
pada diri merekalah terdapat sebuah tumpuan harapan rakyat yang sangat besar.
Peranan mahasiswa sesungguhya sebagai individu – individu yang berusaha
mengubah tradisi, dengan demikian akan terjadi perubahan tradisi yang lebih
baik dalam dinamika kehidupan masyarakat. Sejatinya mahasiswa bergerak melalui
mekanisme pendidikan aktif dan independensinya yang tidak dicemari oleh
berbagai kepentingan sosio cultural politic yang bertentangan dengan
kepentingan rakyat. Maka muncullah pelaku pergerakan rakyat yang sering
diistilahkan dengan aktivis kampus.
Diakui atau tidak,
mahasiswa telah mengalami reduksi pada substansi makna maupun peran dan nilai –
nilai integritas dalam konteks sosial. Factor krusial yang paling melegitimasi
asumsi ini adalah bahwa saat ini mahasiswa kurang mengaktualisasikan diri
ditengah masyarakat akibat keterkungkungan paradigma. Selanjutnya yang terhadi
adalah adanya jurang kesenjangan yang semakin tampak dengan akar personal yang
sebenarnya. Sebagai Agent sosial of change, mahasiswa telah terjebak dalam
ruang sempit yang disadari atau tidak telah membuat dirinya sendiri dan
menjadikannya “ageng of hedonis and pragmatis” yang cenderung menyukai hal –
hal praktis dan hanya mau menikmati sesuatu tanpa adanya usaha dan idealism.
Dengan jiwa mahasiswa yang hedonis dan pragmatis, akan sulit tercapai cita –
cita mahasiswa sebagai pembaharu umat dan bangsa.
Pembangunan karakter
juga sangat perlu untuk dilakukan. Banyak penelitian yang menyebutkan karakter
dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Seseorang dapat dikatakan berkarakter
jika ia telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat
serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalani kehidupannya. Sebagai
umat islam tentunya kita berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah dalam
memecahkan kehidupan kita sehari-hari. Internalisasi nilai – nilai islam dalam
diri seseorang, terutama mahasiswa, bertujuan untuk mengembangkan dan
menyeimbangkan potensi iman dan ilmu yang ada pada dirinya. Melalui penanaman
nilai – nilai keislaman inilah yang menjadi upaya untuk menumbuhkan dan
mengoptimalkan potensi kader menjadi sebaik – baiknya khalifah fil-Ardh.
Diskusi ringan yang
diadakan oleh unit perkaderan Rabu, 18 september 2013 yang menghadirkan
petinggi UII dan alumni UII yang pernah menjabat sebagai petinggi – petinggi
UII sebelumnya, yaitu pak Hilal Hilmansyah, ST. , pak Raja Rizki, ST., dan Pak
Emil Ansori.
Diskusi ini dilakukan
untuk memberikan pengarahan kepada teman – teman Maba/Miba agar kedepannya
menjadi mahasiswa yang bisa berorganisasi dan mengetahui posisinya sebagai
Agent of change selain mereka menerima ilmu di bangku kuliah.
0 komentar:
Posting Komentar