Senin, 23 September 2013

Mahasiswa adalah kaum terpelajar muda yang berada pada level tertinggi suatu proses pendidikan, dimana pada diri merekalah terdapat sebuah tumpuan harapan rakyat yang sangat besar. Peranan mahasiswa sesungguhya sebagai individu – individu yang berusaha mengubah tradisi, dengan demikian akan terjadi perubahan tradisi yang lebih baik dalam dinamika kehidupan masyarakat. Sejatinya mahasiswa bergerak melalui mekanisme pendidikan aktif dan independensinya yang tidak dicemari oleh berbagai kepentingan sosio cultural politic yang bertentangan dengan kepentingan rakyat. Maka muncullah pelaku pergerakan rakyat yang sering diistilahkan dengan aktivis kampus.

Diakui atau tidak, mahasiswa telah mengalami reduksi pada substansi makna maupun peran dan nilai – nilai integritas dalam konteks sosial. Factor krusial yang paling melegitimasi asumsi ini adalah bahwa saat ini mahasiswa kurang mengaktualisasikan diri ditengah masyarakat akibat keterkungkungan paradigma. Selanjutnya yang terhadi adalah adanya jurang kesenjangan yang semakin tampak dengan akar personal yang sebenarnya. Sebagai Agent sosial of change, mahasiswa telah terjebak dalam ruang sempit yang disadari atau tidak telah membuat dirinya sendiri dan menjadikannya “ageng of hedonis and pragmatis” yang cenderung menyukai hal – hal praktis dan hanya mau menikmati sesuatu tanpa adanya usaha dan idealism. Dengan jiwa mahasiswa yang hedonis dan pragmatis, akan sulit tercapai cita – cita mahasiswa sebagai pembaharu umat dan bangsa.

Pembangunan karakter juga sangat perlu untuk dilakukan. Banyak penelitian yang menyebutkan karakter dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika ia telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalani kehidupannya. Sebagai umat islam tentunya kita berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah dalam memecahkan kehidupan kita sehari-hari. Internalisasi nilai – nilai islam dalam diri seseorang, terutama mahasiswa, bertujuan untuk mengembangkan dan menyeimbangkan potensi iman dan ilmu yang ada pada dirinya. Melalui penanaman nilai – nilai keislaman inilah yang menjadi upaya untuk menumbuhkan dan mengoptimalkan potensi kader menjadi sebaik – baiknya khalifah fil-Ardh.

Diskusi ringan yang diadakan oleh unit perkaderan Rabu, 18 september 2013 yang menghadirkan petinggi UII dan alumni UII yang pernah menjabat sebagai petinggi – petinggi UII sebelumnya, yaitu pak Hilal Hilmansyah, ST. , pak Raja Rizki, ST., dan Pak Emil Ansori.


Diskusi ini dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada teman – teman Maba/Miba agar kedepannya menjadi mahasiswa yang bisa berorganisasi dan mengetahui posisinya sebagai Agent of change selain mereka menerima ilmu di bangku kuliah.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar