Rabu, 27 November 2013


Ketika kaca pecah, ketika itu juga dia hancur
Disatukan dengan lem sekalipun tetap retakan itu akan ada.
Begitu pula dinamika kehidupan sekarang ..
Tak ada manusia yang akan menduga skenario apa yang akan dijalani esok hari
Manusia hanya bisa mengira ..
Manusia hanya bisa mengonsep ..
Tuhan Maha Menghendaki
Hanya Tuhanlah yang memberi kebijakan untuk menjalani skenario itu
Karena Tuhan tau apa yang terbaik untuk pembelajaran hidup dan mendewasakan diri

Menelan Pahit Si Daun Pepaya

“Kalian adalah mutiara yang selalu berkilau meskipun bercampur lumpur”

Rentetan kata yang penuh harapan.
Dinamika yang berjalan tidak sesuai dengan idealita, namun realita terjadi sesuai dengan apa yang ditakutkan. Itulah kita sekarang.

Kenapa Tuhan menjadikan ini sebuah skenario hidupku ??? Apakah ini sebuah pembelajaran ??

Yaa itulah pertanyaan yang sempat terngiang.
Diayomi kemudian menjadi seorang pengayom. Mulai beradaptasi dengan keadaan. Terkadang hilang arah dalam beretorika. Bertanya kepada diri kemana kompas akan ditemui sebagai penunjuk arah.

“Ini adalah sebuah tradisi dinda”

Ya ini sebuah tradisi. Tradisi dari tahun ke tahun akan selalu terjadi. Dan itu realita yang ada saat ini. Deretan kata bermakna seribu mutiarapun yang menjadi kekuatan diri, kini mulai meredup dan menjauh dari peradaban.

  
“Pokoknya kalo Kami balik nanti, kalian masih ada di sini”

Berat hati menghindar ketika kalimat itu mencuap kembali. Menjalani sebuah realita bagaikan orang asing dalam diri sendiri.

Tuhan, akankah diri ini mampu menjalani skenario yang tlah terpilih ini ?? bisakah ini direvisi layaknya pembuatan proposal dalam perkuliahan ??

Mau tak mau memang inilah yang terjadi, meski diri menolak bahwa ini adalah sebuah realita.
“Ternyata apa yang kamu takutkan selama ini terjadi”

Ketika satu kelopak bunga gugur, ketika itu juga kelopak yang lainnya akan gugur meski diwaktu yang tak sama dan terlihatlah putik dan benangsari yang ada didalamnya. Apa mau dikata, itulah dinamika kehidupan ..
“Kamu itu gula diantara kopi, jangan sampai pahit itu membuatmu hilang”

Sebuah penegasan yang memberi semangat untuk tetap ada. Analogi yang menuntut mengikuti melodi sebuah sendok yang mengaduk gula diantara kopi. Nikmati melodinya, pancaran mutiaramu akan bersinar layaknya gula yang mengalahkan pahitnya si kopi.

Kanda, Yunda mungkin ini adalah sebuah tradisi
Tapi jangan bosan memberi petuah itu kepada kami
Tetaplah bimbing dan ayomi kami agar kami bisa menuntun Adina-Adinda kami kelak
Agar kita tetap satu dan tidak berai
Disaat kilauan kami meredup, berilah pencerahan untuk kami tetap hidup
Kalian lebih paham akan apa yang terjadi sekarang
Tapi kami masih tuli akan kerisauan karena tertutup ego kami
Terimakasih Kanda .. Terimakasih Yunda
Semoga ini bisa menjadi pembelajaran dalam hidup kami
Dan semoga bisa memberi kedewasaan dalam diri kami

Created by : Elda  Ocvita 

Selasa, 12 November 2013

Sabtu, 21 september 2013, unit jaringan komunikasi dan informasi mengadakana kegiatan silaturrahmi antar komisariat yaitu ke komisariat fakultas MIPA dengan tujuan untuk mempererat tali kekeluargaan di internal HMI.

Serangkaian acara silaturrahmi diawali dengan perkenalan pengurus dari komisariat FTI, yang kemudian dilanjutkan dengan perenalan dari pengurus komisariat Fakultas MIPA. Setelah perkenalan dilanjutkan dengan sharing – sharing antara kedua komisariat yang berisikan keluh kesah dan hambatan – hambatan yang dialami selama periode yang telah berjalan.

Hal – hal yang dibicarakan dan yang dikeluh kesahkan itu adalah cara menjaring kader dan hambatan – hambatan yang ditemui di intra kampus, kajian – kajian rutin yang diadakan dikomisariat, cara menggalang dana, dan kegiatan – kegiatan keislaman yang diadakan di komisariat. 

"Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? 'Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan,' sabda Rasulullah SAW, 'adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR Ibnu Majah).

Silaturahmi bukan sekadar bersentuhan tangan atau memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang.

Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna sesuatu yang tercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR Bukhari).

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa silaturahmi tidak hanya merekayasa gerak-gerik tubuh, namun harus melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi bahasa tubuh dan bahasa hati, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih baik dan lebih bermutu daripada yang dilakukan saudara kita kepada kita.

Dalam sebuah hadis diungkapkan, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari Muslim).

Jadi, tetaplah kita menjaga tali silaturrahmi untuk menjaga eratnya persaudaraan sesame muslim di kalangan manapun.

wassalam

Senin, 14 Oktober 2013

Senin, 23 September 2013

Mahasiswa adalah kaum terpelajar muda yang berada pada level tertinggi suatu proses pendidikan, dimana pada diri merekalah terdapat sebuah tumpuan harapan rakyat yang sangat besar. Peranan mahasiswa sesungguhya sebagai individu – individu yang berusaha mengubah tradisi, dengan demikian akan terjadi perubahan tradisi yang lebih baik dalam dinamika kehidupan masyarakat. Sejatinya mahasiswa bergerak melalui mekanisme pendidikan aktif dan independensinya yang tidak dicemari oleh berbagai kepentingan sosio cultural politic yang bertentangan dengan kepentingan rakyat. Maka muncullah pelaku pergerakan rakyat yang sering diistilahkan dengan aktivis kampus.

Diakui atau tidak, mahasiswa telah mengalami reduksi pada substansi makna maupun peran dan nilai – nilai integritas dalam konteks sosial. Factor krusial yang paling melegitimasi asumsi ini adalah bahwa saat ini mahasiswa kurang mengaktualisasikan diri ditengah masyarakat akibat keterkungkungan paradigma. Selanjutnya yang terhadi adalah adanya jurang kesenjangan yang semakin tampak dengan akar personal yang sebenarnya. Sebagai Agent sosial of change, mahasiswa telah terjebak dalam ruang sempit yang disadari atau tidak telah membuat dirinya sendiri dan menjadikannya “ageng of hedonis and pragmatis” yang cenderung menyukai hal – hal praktis dan hanya mau menikmati sesuatu tanpa adanya usaha dan idealism. Dengan jiwa mahasiswa yang hedonis dan pragmatis, akan sulit tercapai cita – cita mahasiswa sebagai pembaharu umat dan bangsa.

Pembangunan karakter juga sangat perlu untuk dilakukan. Banyak penelitian yang menyebutkan karakter dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika ia telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalani kehidupannya. Sebagai umat islam tentunya kita berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah dalam memecahkan kehidupan kita sehari-hari. Internalisasi nilai – nilai islam dalam diri seseorang, terutama mahasiswa, bertujuan untuk mengembangkan dan menyeimbangkan potensi iman dan ilmu yang ada pada dirinya. Melalui penanaman nilai – nilai keislaman inilah yang menjadi upaya untuk menumbuhkan dan mengoptimalkan potensi kader menjadi sebaik – baiknya khalifah fil-Ardh.

Diskusi ringan yang diadakan oleh unit perkaderan Rabu, 18 september 2013 yang menghadirkan petinggi UII dan alumni UII yang pernah menjabat sebagai petinggi – petinggi UII sebelumnya, yaitu pak Hilal Hilmansyah, ST. , pak Raja Rizki, ST., dan Pak Emil Ansori.


Diskusi ini dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada teman – teman Maba/Miba agar kedepannya menjadi mahasiswa yang bisa berorganisasi dan mengetahui posisinya sebagai Agent of change selain mereka menerima ilmu di bangku kuliah.

Senin, 28 Mei 2012


Kapitalisme adalah sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu. Dalam ranah ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi negara dengan perekonomian, seperti halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan negaranya. Dalam perekonomian kapitalisme menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya. Kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme.

Dalam perjalanannya, kapitalisme telah memberikan efek buruk bagi perekonomian dan kesenjangan sosial yang semakin menganga, terjadinya gap (jurang pemisah) antara si kaya dan si miskin. Itu semua merupakan dampak dari kejamnya kapitalisme yang terjadi di di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, dan menurut Karl Marx negara demokrasi adalah negara kapitalis, karena negara dikontrol oleh logika ekonomi kapitalis yang mendiktekan bahwa kebanyakan keputusan politik harus menguntungkan kepentingan kapitalis. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah para pemilik modal (kapitalis), sedangkan masyarakat kecil tetap berada dalam bingkai kemiskinan akibat kapitalisme.

Sudah banyak perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia seperti Freeport yang mengekploitasi hasil bumi di Papua dan Exxon Mobil di Aceh, tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat di sekitarnya. Bahkan pemerintah cenderung berpihak pada investor ketika terjadi sengketa antara pihak perusahan dan masyarakat sekitar. Keberpihakan kepolisian pada perusahaan asing di Indonesia seperti dalam tragedi Mesuji maupun Bima merupakan bukti nyata bahwa republik ini penganut kapitalis. Karena salah satu ciri negara kapitalis adalah berpindahnya peran pemerintah yang semula melayani rakyat berubah menjadi pelayan investor atau pemilik modal. Menurut AM Saefuddin (2011), kapitalisme merupakan suatu istilah luas yang meliputi: (1) cara produksi kapitalis, (2) kerangka sosio-ekonomi kapitalis, (3) mentalitas kapitalistis. Pada pokoknya, kesemuanya ini hanyalah merupakan tiga segi dari gejala yang sama.

Kapitalisme sebenarnya telah dimulai saat zaman feodalisme Eropa, dimana perekonomian dimonopoli oleh kaum bangsawan dan tuan tanah. Perkembangan awal kapitalisme dimulai sekitar abad 16, dimana saat itu Eropa sedang giat meningkatkan perbankan komersil. Teori ini berkembang saat revolusi industri di Inggris, modal dan keuntungan dalam setiap transaksi sangat diperhitungkan. Kapitalisme yang dianut dalam revolusi industri merupakan satu revolusi budaya yang bersifat fundamental dalam perkembangan masyarakat Eropa. Kapitalisme berkembang secara cepat, dikarenakan bebas dari tekanan agama maupun negara. Perkembangan kapitalis pasca revolusi Industri meningkat, seiring berdirinya perusahaan-perusahaan besar di Eropa.

Kejamnya Kapitalisme
Eksistensi kapitalisme sudah banyak digugat oleh kalangan masyarakat termasuk di negara yang menganut sistem ini. Sistem kapitalisme terus digugat karena memiliki efek buruk yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan ekonomi suatu bangsa. Di antara dampak yang ditimbulkan kapitalisme adalah meningkatnya kemiskinan, merusak budaya lokal, dan akan membentuk manusia menjadi konsumtif. Meningkatnya kemiskinan akibat kapitalisme pada akhirnya menimbulkan banyak pengangguran, terjadinya ketimpangan ekonomi antara orang kaya dengan yang miskin. Kapitalisme membuat negara miskin semakin miskin karena terbelit utang IMF. Pada akhirnya, kapitalisme membuat negara miskin dan berkembang sulit bersaing dengan negara maju lainnya.

Berkaitan dengan kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia mencapai lebih dari 31 juta orang. Jumlah dipredikasi akan meningkat pada tahun 2012 menyusul krisis keuangan dunia yang masih berlangsung. Parahnya lagi, Bank Dunia menyebutkan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 100 juta jiwa. Kalau kita perhatikan jumlah kemiskinan di republik ini bukan berkurang, tetapi justru terus bertambah. Disadari atau tidak, semua itu merupakan buah pahit dari kapitalisme yang terus merajalela.

Menurut penulis setidaknya ada beberapa faktor kenapa sistem kapitalisme yang selama ini diagung-agungkan sering menemui kegagalan. Pertama, tujuan kapitalisme yang bukan sekadar memenuhi kebutuhan dasar manusia, tetapi juga untuk memuaskan nafsu manusia yang tidak pernah puas. Nafsu manusia yang tidak dilandasi dengan moralitas dan keimanan menjadikan seseorang serakah dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Kedua, kehidupan kapitalisme digerakkan secara dominan oleh ekonomi berbasis sektor keuangan yang penuh spekulatif, bukan digerakkan ke sektor riil yang produktif.

Demokrasi Ekonomi
Dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia rakyat sering kali mengalami kemiskinan, kelaparan bahkan kekerasan. Semua ini terjadi akibat pembangunan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat. Kekayaan yang dimiliki Indonesia mulai pertanian yang subur, laut yang melimpah dan kekayaan hutan hanya untuk kepentingan para kapital dan investor asing. Awan Santosa (2009), mengatakan bahwa demokrasi ekonomi tidak bisa diraih dengan cara menjalankan demokrasi liberal, tetapi demokrasi ekonomi dapat dicapai dengan cara membangun gerakan sosial yang kokoh. Gerakan sosial memaknai demokrasi sebagai proses mendaulatkan rakyat bukan untuk memarjinalkan rakyat melalui pendaulatan kekuatan modal.

Sistem ekonomi kapitalisme yang banyak dianut negara-negara di dunia, khususnya negara barat mengenyampingkan rasa keadilan bagi umat manusia sehingga menimbulkan kemiskinan yang terus merajalela. Karena Kapaitalis lahir dengan dasar mengesampingkan peran agama untuk mengatur manusia. dengan kata lain agama hanya ditempatkan pada wilayah individu bukan wilayah umum. Maka inilah yang menjadi sumber malapetaka Indonesia saat ini. Tatkala Indonesia mengadopsi sistem kapitalisme maka bukanlah kesejahteraan yang diperoleh melainkan kemiskinan, kelaparan, pengangguran menjadi hal biasa di tengah tengah masyarakat.