Selasa, 29 Maret 2011


Ravi Dinul Haque

“Tuhan tidak bermain dadu dengan alam ciptaannya dan segala keajaiban ilmu pengetahuan membuktikan kodrat alam ini...”  Albert Einstein (1879-1955)

Sungguh luar biasa kata kata di atas, kata kata tersebut  terlontar dari mulut seorang ilmuan genius.  Dialah yang mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dialah Albert Einstein. Banyak hikmah yang bisa kita petik dari perkataan di atas. Tuhan tidak ngawur dalam menciptakan makhluknya. Bahwa Tuhan menciptakan semua makhluknya secara detail dan artistik.  Dalam al-quran telah disebutkan pula proses penciptaan itu

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah, Yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan kemudian, Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya degan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari dan bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf, 7: 54)

Pada ayat lain manusia diberitahu:

"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. An-Nahl, 16: 17)

Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran penciptaan seperti teori Big Bang yang menjelaskan secara rinci bagaimana alam semesta ini terbentuk. . Sekarang waktunya bagi dunia ilmu pengetahuan untuk melihat kebenaran ini dan mengambil pelajaran darinya.




Minggu, 27 Maret 2011

mayaindah cashindayo putri

Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. Himpunan Mahasiswa Islam itu sendiri merupakan Organisasi Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI ke-16 yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari represi dari rezim Orde Baru yang memaksa penerapan Azas Tunggal Pancasila. HMI yang semula hanya berazaskan Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dengan kubu yang berusaha mengikuti perintah Presiden Soeharto mengubah azasnya menjadi Pancasila. Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. HMI-MPO lebih senang menamakan diri sebagai HMI 1947, karena mengacu pada tahun pendirian Himpunan Mahasiswa Islam yang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya.

Sejarah HMI-MPO

Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia.
Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB (pengurus besar) HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI (Jl. Diponegoro 16, Jakarta). Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif.
Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal (HMI-DIPO) dan HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ.

Struktur organisasi HMI-MPO dibagi dalam beberapa golongan yakni :

•    Struktur kekuasaan,
•    Struktur pimpinan,
•    Lembaga-lembaga Khusus,
•    Lembaga Kekaryaan, serta
•    Majelis Syuro Organisasi (MSO).

Struktur kekuasaan tertinggi di HMI MPO adalah forum Kongres, selanjutnya ditingkat Cabang ada Konperensi Cabang (Konperca) serta Rapat Anggota Komisariat (RAK). Sedangkan struktur pimpinan terdiri atas Pengurus Besar (PB), Pengurus Cabang (PC), serta Pengurus Komisariat (PK).
Untuk memperlancar serta mempermudah manajemen organisasi maka dibentuklah Koordinator Komisariat (KORKOM) sebagai pembantu cabang dalam mengkoordinir komisariat, serta Badan Koordinasi (BADKO) sebagai pembantu Pengurus Besar dalam mengkoordinir cabang. HMI (MPO) hingga saat ini (Oktober 2003) telah memiliki 38 cabang yang tersebar diseluruh penjuru Tanah Air dan untuk itu dibentuk 3 Badan Koordinasi (Badko) yakni: Btra]],Banten,DKI,Jabar), Badko Indonesia Bagian Tengah (Kalimantan,Jateng,DIY,Jatim,Bali) dan Badko Indonesia Bagian Timur (Sulawesi,Maluku,NTB,NTT,Papua).
Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang terkait dengan bidang khusus, maka dibentuk Lembaga-lembaga Khusus seperti Korps Pengader Cabang (KPC), Korps HMI-Wati (KOHATI), dan lain-lain. Sedangkan untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme para anggota HMI, dibentuk Lembaga-lembaga Kekaryaan seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI), dan sebagainya.

Kongres
•    Kongres ke-3 di Jakarta pada tanggal 4 September 1953
•    Kongres ke-4 di Bandung pada tanggal 14 Oktober 1955
•    Kongres ke-5 di Medan pada tanggal 31 Desember 1957
•    Kongres ke-6 di Makassar (Ujungpandang) pada tanggal 20 Juli 1960
•    Kongres ke-7 di Jakarta pada tanggal 14 September 1963
•    Kongres ke-8 di Solo (Surakarta) pada tanggal 17 September 1966
•    Kongres ke-9 di Malang pada tanggal 10 Mei 1969
•    Kongres ke-10 di Palembang pada tanggal 10 Oktober 1971
•    Kongres ke-11 di Bogor pada tanggal 12 Mei 1974
•    Kongres ke-12 di Semarang pada tanggal 16 Oktober 1976
•    Kongres ke-13 di Makassar (Ujungpandang) pada tanggal 12 Februari 1979
•    Kongres ke-14 di Bandung pada tanggal 30 April 1981
•    Kongres ke-15 di Medan pada tanggal 26 Mei 1983
•    Kongres ke-16 di Yogyakarta pada tahun 1986
•    Kongres ke-17 di Yogyakarta pada tanggal 5 Juli 1988
•    Kongres ke-18 di Bogor pada tanggal 10 Oktober 1990
•    Kongres ke-19 di Semarang pada tanggal 24 Desember 1992
•    Kongres ke-20 di Purwokerto pada tanggal 27 April 1995
•    Kongres ke-21 di Yogyakarta pada tanggal 28 Juli 1997
•    Kongres ke-22 di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1999
•    Kongres ke-23 di Makassar pada tanggal 25 Juli 2001
•    Kongres ke-24 di Semarang pada tanggal 11 September 2003
•    Kongres ke-25 pada tanggal 17 Agustus 2005
•    Kongres ke-26 di Jakarta Selatan pada tanggal 16 Agustus 2007
•    Kongres ke-27 di Yogyakarta pada tanggal 9 Juni 2009



 referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Himpunan_Mahasiswa_Islam-Majelis_Penyelamat_Organisasi


      Azirani Firliana*
      *Kader Hmi Kofak TI UII

       Era globalisasi merupakan era informasi. Di era globalisasi ini, maraknya teknologi canggih telah menguasai dunia dan telah berhasil menyatukan berbagai lapisan masyarakat dari tua-muda hingga miskin-kaya. Hal ini tidak terlepas dari peranan sains yang semakin berkembang mengikuti perkembangan zamannya, dimana para saintis dituntut untuk lebih produktif, inovatif dan berimprovisasi akan penemuannya agar mampu bersaing dengan penemuan-penemuan yang sudah ada. Kemajuan sains dan teknologi dewasa ini telah memberikan kemudahan-kemudahan yang memanjakan kehidupan manusia dalam segala aspek, dimana pada mulanya manusia dengan berbudaya tradisional menjadi manusia pemikir yang analitis-kritis dan berketrampilan.
            Sains dan teknologi merupakan dua sosok yang saling berkesinambungan satu sama lain. Dimana sains sebagai “body of knowledge” merupakan sumber teknologi yang mampu memberikan banyak kemungkinan munculnya berbagai ide-ide sebagai penemuan-penemuan baru ataupun penemuan rekayasa. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari sains yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang merupakan fenomena sosial buatan manusia. Tanpa manusia, teknologipun tak akan pernah lahir karena manusialah yang mengendalikan segala operasionalnya.
Di dalam al-qur’an kita telah diingatkan betapa pentingnya menerapkan perkembangan sains dan teknologi, salah satunya tertera dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yang artinya “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk memelihara diri dalam peperanganmu”. Sehingga tidak heran bila pada abad ke-7 M telah banyak pemikir islam yang menjadi pelopor atau trendsetter sains. Namun, potensi tersebut tidak dapat kita gali sebaik-baiknya sehingga kepeloporan itu sirna termakan zaman. Dengan begitu bangsa barat yang sangat pragmatis-materialistis itupun dengan mudahnya memanfaatkan hal tersebut dengan menjadi “trendsetter” akan kepeloporan saintis islam terdahulu yang mampu mengendalikan sains dan teknologi saat ini.
            Dari kemajuan-kemajuan sains tersebut memungkinkan akan menumbuhkan materialisme dan rasionalisme tanpa mengindahkan nilai-nilai agamis bahkan bisa jadi akan menuhankan kemajuan sains diatas segala-galanya sebagai kekuatan hidup, sehingga hal itu mampu merubah pola kemasyarakatan hegemoni, pola pikir dan gaya hidup manusia yang lebih konsumtif dan hedonistik. Apabila kehidupan manusia dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan tentang sains, maka pengetahuan tentang sains dari suatu bangsa akan dipengaruhi pula oleh sejauh mana pengetahuan masyarakat dari bangsa tersebut tentang sains yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dari bangsa tersebut. Bahkan Bacon berpendapat “iptek harus digunakan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, iptek hanya berarti bila nampak dalam kekuasaan manusia; iptek manusia adalah kekuasaan manusia”.
            Contoh aplikasi dari kemajuan sains dapat dilihat dari automatisasi industri yang sebelumnya menggunakan manual control beralih menjadi automatic control atau dari tenaga manusia beralih menjadi tenaga mesin. Hal ini terbukti dengan awal mula penemuan mesin uap oleh James Watt yang menimbulkan Revolusi Industri yang berawal pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
            Selain itu, yang dulunya dalam teknologi hanya berbasis pada mekanik yang kurang optimal dan kaku dalam pengoperasiannya, kemudian manusia mencoba menerapkan sistem jaringan syaraf manusia yang lebih stabil dan fleksibel dalam algoritmanya. Sampai  pada akhirnya sistem tersebut ditiru modelnya dan diaplikasikan pada bidang teknologi yang ada saat ini.
            Globalisasi yang didorong oleh kemajuan sains telah memberi pengaruh besar dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihentikan, ia bagai  gelombang pasang yang akan menarik siapa saja ke dalam pusarannya. Tinggal bagaimana manusia mampu mengendalikan kemajuan-kemajuan sains itu, apakah ia dapat memanfaatkannya dengan baik dan benar untuk kemaslahatan umat atau justru akan menyalahgunakan demi mengumbar nafsu dan kesenangan duniawi semata. Maka dari itu, kita harus jeli dalam menentukan pilihan-pilihan tersebut. Itulah tantangan bagi kita yang harus kita tentukan dengan pemikiran yang berwawasan jauh kedepan.
Finally, umat manusia khususnya umat islam hendaklah melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna menyeimbangkan ilmu pengetahuan (IPTEK) dengan iman dan taqwa (IMTAQ), serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Seperti pendapat dari Kepala Pendeta Inggris, Jonathan Sacks “Sains adalah penjelasan. Agama adalah interpretasi......”. Sedangkan menurut Albert Einstein “Pengetahuan tanpa agama itu buta, sedangkan agama tanpa pengetahuan itu lumpuh”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada di jagat raya ini sangat membutuhkan keseimbangan...........


Kamis, 17 Maret 2011



HMI MPO harus bangun dari ‘tidur’ yang cukup lama dijalaninya. Organisasi ini harus membangun kesadaran untuk merespons masa depan. Bukan justru merespons masa lalu yang selama ini masih tampak dilakukan.
Jika tidak membangun kesadaran tersebut, dikhawatirkan HMI MPO akan menjadi penonton dan bukan menjadi pemain utama dalam gerak perubahan bangsa.
Demikian disampaikan Rektor Paramadina, Anies Baswedan, kepada HMINEWS.COM di kampus Universitas Paramadina, beberapa waktu lalu menanggapi kondisi HMI MPO sekarang ini. Anies yang terpilih di urutan ke 60 dari 100 intelektual dunia mengkhawatirkan kondisi HMI MPO sekarang yang menurut dia alam pikirnya masih merespons masa lalu seperti ketika masa perlawanan terhadap Orde Baru.


“Nuansa itu terasa. Padahal tantangan sekarang berbeda. Tapi, teman-teman masih merespons masa lalu. Kalau kebekuan ini tidak dipecahkan, maka HMI MPO tidak akan bisa berperan sebagai pemain dalam perubahan,” kritiknya. Salah satu rektor termuda di Indonesia tersebut meminta, perlu ada keseriusan untuk memecahkan masalah ini di internal HMI MPO. “Ayo wake upwake up (bangun, bangun-red) kalian! Saya sungguh khawatir dengan kondisi HMI MPO sekarang,” ujar Anies dengan nada serius.
Market dan Kompetitor Masa Depan
Anies yang baru saja menerima penghargaan Young Global Leader 2009 di World Economi Forum mengatakan, perkaderan HMI MPO sekarang harus bisa mendesain agar sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan melahirkan orang-orang yang mampu memainkan peran utama dalam perubahan. Tema-tema diskusi dan kegiatan di HMI MPO juga harus bisa memikirkan ini dan jangan terjebak seperti tema-tema ketika periode perlawanan terhadap Orde Baru. “Di masa depan, kompetitor kader HMI bukanlah anak-anak GMNI, KAMMI, PMII atau teman -teman di perguruan tinggi dalam negeri. Tapi, ribuan anak-anak muda Indonesia yang sekarang ini sedang menuntut ilmu di luar negeri,” katanya.
Sekarang ini, ujar Anies, ada 29.000 anak muda Indonesia yang sedang kuliah di Australia. Belum lagi ribuan orang yang mengambil studi di Amerika dan negara-negara luar lainya. Anak-anak muda inilah ke depan yang diprediksi akan mengambil peran dalam proses perubahan Indonesia. “Mereka memiliki perangkat ilmu dan kekuatan network internasional yang lebih bagus. Apakah mereka tidak punya nasionalisme? Anda salah kalau mengatakan tidak. Mereka tinggi sekali komitmennya terhadap Indonesia,” tandasnya.
Lulusan-lulusan luar negeri ini, lanjut Anies, menyiapkan diri tidak hanya untuk mengisi ruang di state (pemerintahan). Tapi juga di market (pasar) yang belum banyak anak muda berminat untuk mengisi wilayah ini. Dijelaskan Anies, unsur masyarakat itu ada tiga yaknistate (negara), market ( pasar) dan civil society (masyarakat sipil). “Pasar sekarang dan ke depan itu masih relatif kosong. Perkaderan HMI mestinya sekarang juga mendesain orang-orang untuk menjadi pemain utama di pasar. Jangan hanya fokus untuk mengisi state dancivil society seperti di masa lalu. Padahal ke depan pasar akan semakin menentukan, ” tandasnya. Menurut dia, pasar jangan sampai hanya diisi oleh orang-orang asing saja atau para pengusaha yang hanya berorientasi akumulasi kapital dan tidak memiliki keberpihakan sosial.
Di HMI MPO, kata Anies, harus dikhawatirkan ketika aktivis itu hanya menjadi label semata. Namun, tidak diikuti dengan kapasitas yang harusnya dimiliki sebagai aktivis sesungguhnya. “Sederhana, misalnya ketika kader HMI MPO ditanya kemampuan bahasa Inggrisnya, tumbang mereka. Bagaimana ini, padahal itu kemampuan dasar yang harus dimiliki,” ujarnya. Kalau kader-kader HMI MPO sekarang tidak bisa membaca masa depan dan mempersiapkan diri, anak-anak muda lulusan luar negeri inilah yang akan menjadi pemain utama dalam perubahan Indonesia di masa mendatang. “Sementara kalau kalian sekarang masih lebih suka merespons masa lalu, siap-siap menjadi penonton saja,” kritik Anies lagi.
Alumni HMI UGM ini berharap, perkaderan HMI MPO bisa melahirkan calon-calon pemimpin yang bisa memainkan peran di masa depan. Baik di state, civil society dan termasuk di market. Anies menganalogikan, ketika bulan Ramadhan kemarin ada undangan dari Korps Alumni HMI (KAHMI). Undangan itu berisi buka bersama di kediaman alumni-alumni HMI yang sekarang menjadi menteri atau pejabat tinggi negara. “Saya khawatir, sepuluh sampai dua puluh tahun mendatang, undangan yang datang ke saya, bukan lagi dari alumni HMI. Tapi dari korps alumni mahasiswa Amerika atau ikatan alumni mahasiswa Australia dan sejenisnya,” tuturnya.


Kongres HMI ke-28 tidak lama lagi akan diselenggarakan. Tepatnya pada tanggal 14-19 Juni 2001 perhelatan akbar keluarga besar HMI tersebut akan diselenggarakan di Pekanbaru, Riau. PB HMI mengajak semua elemen di HMI untuk mepersiapkan diri membahas draft-draft konstitusi yang akan diusulkan pada kongres nanti. Tema kongres kali ini adalah "Mengokohkan Peran Kekaderan dan Kejuangan HMI dalam Mewujudkan Masyarakat Adil dan Beradab". Berikut adalah term of refference (ToR) Kongres HMI VXVIII:

Kongres HMI XXVII
Pekanbaru, 14-19 Juni 2011
Tema:
Mengokohkan Peran Kekaderan dan Kejuangan HMI dalam Mewujudkan Masyarakat Adil dan Beradab
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah berkiprah selama 64 tahun (1947-2011), dan telah menjadi bagian kultural, sosial, dan historis bangsa Indonesia. HMI merupakan salah satu dari elemen anak bangsa yang memiliki peran besar dalam menata dan memajukan pembangunan negeri ini. Sebagai organisasi kemahasiswaan terbesar, HMI telah berpartisipasi aktif dan menjadi pelopor dalam setiap fase pembangunan dan geliat perubahan bangsa ini. Peran kepeloporan HMI tersebut sesungguhnya merupakan kewajiban sosiologis dan ideologis organisasi.


HMI merupakan organisasi kemahasiswaan yang berbasis pada ajaran Islam yang bercirikan rahmatan lil alamin. Misi yang diemban oleh HMI adalah misi keislaman yang luhur. Masyarakat yang dicita-citakan oleh HMI adalah masyarakat yang baldhotun thoyyibatun warobbun ghofur. Bagi HMI, Islam tidak sekadar sebagai identitas simbolik belaka, melainkan sebagai spirit dan sumber nilai.
Indonesia yang Adil dan Beradab
HMI tidak bisa dilepaskan sama sekali dari perjalanan sejarah Indonesia, terutama pasca proklamasi kemerdekaan. Indonesia merupakan rumah bagi HMI untuk mengabdi dan berjuang mewujudkan suatu peradaban bangsa yang tinggi, luhur, dan bermartabat. Ketika terjadi agresi militer Belanda kedua, HMI bahkan turut mengangkat senjata mengusir penjajah. Sewaktu kolonialisme bersenjata itu berakhir, maka HMI berjuang membela bangsa melalui sikap-sikapnya yang kritis, sumbangsih pemikiran, pembinaan di kalangan kaum muda, gerakan sosial-kemahasiswaan, pembelaan terhadap kaum mustadh’afien, dan sebagainya. Pada saat Pancasila sebagai ideologi negara hendak disingkirkan oleh pihak-pihak tertentu di penghujung Orde Lama, maka HMI tampil di depan melakukan pembelaan atas Pancasila. Namun, ketika Pancasila oleh Orde Baru hendak ditunggangi untuk melegitimasi perilaku pemerintah yang otoriter dan korup, maka lagi-lagi HMI tampil paling depan melakukan kritik dan penentangan. Di sinilah dapat kita lihat bahwa HMI adalah pembela yang konsisten atas NKRI dan Pancasila sebagai ideologi negara.


Hengkangnya Belanda atau Jepang dari Bumi Nusantara, tidak serta-merta berarti terhapusnya praktek kolonialisme di negeri ini. Kolonialisme itu tetap berlanjut, sekalipun tanpa letusan senjata lagi. Inilah yang dinamakan Bung Karno sebagai “neokolonialisme”. Bentuk rupa neokolonialisme itu bermacam-macam, mulai dari jeratan utang luar negeri, operasi perusahaan asing yang mengeruk kekayaan alam kita tanpa kontrol, merajalelanya korupsi oleh karena skenario pembiaran oleh asing, spekulasi-spekulasi ekonomi moneter yang menguntungkan pihak luar, dan masih banyak lagi. Di tengah praktek neokolonialisme itu, HMI senantiasa berada di barisan paling depan membela kepentingan rakyat dan bangsa. HMI tidak pernah tinggal diam melihat itu semua.


Berkuasanya ekonomi neoliberal dan perilaku pejabat pemerintah yang koruptif, membuat kehidupan rakyat kecil menjadi semakin sengsara. Transaksi politik untuk kepentingan elite, serta penyelenggaraan negara yang tidak becus, membuat rakyat kecil terbenam semakin jauh di dalam kubangan kemiskinan. Kenyataan kemiskinan tersebut bukan karena suatu kejadian alamiah, melainkan nampak seperti sebuah upaya pemiskinan secara sistemik. Ya! Bangsa ini memiliki kandungan tanah yang kaya, alam yang subur untuk pertanian, hutan yang luas, lautan yang isinya melimpah, namun sayang, semua itu tidak juga mampu mengangkat perekonomian rakyat. Belakangan ini, kita memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan, namun pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, sementara sebagian besar yang lain tetap saja menderita. Angka kemiskinan di pedesaan semakin hari semakin sulit dikendalikan. Kriminalitas di kota-kota juga semakin rumit karena faktor ekonomis.


Sebagai bagian dari warga bangsa ini, HMI sungguh sangat prihatin, dan setiap saat menyerukan adanya perubahan dan perbaikan kehidupan rakyat, utamanya mereka yang lemah dan terpinggirkan. HMI selalu mengingatkan pemerintah untuk membawa negeri ini sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa, amanat UUD 1945, serta nilai-nilai Pancasila.
HMI di Pentas Internasional


Neokolonialisme tidak hanya berlangsung di Indonesia, tetapi juga di seluruh belahan dunia. Pelaku utama dari neokolonialisme itu adalah negara-negara superpower yang berkoalisi dengan perusahaan-perusahaan raksasa multinasional (TNCs/MNCs). Mereka bahu-membahu menghisap kekayaan negara-negara yang lemah tak berdaya. Konflik dan peperangan saudara yang setiap saat berlangsung di dunia, juga merupakan rangkaian dari agenda neokolonialisme itu. Terpilihnya pemimpin-pemimpin negara yang pro-neolib dan korup, juga merupakan skenario dari upaya neokolonialisme tersebut. Demokrasi yang ultra-liberal yang coba dipaksakan Barat (yang berujung kacau-balau), ditambah korupsi yang akut di negara bersangkutan, membuat negara-negara dunia ketiga semakin gaduh secara politik, dan tertinggal secara ekonomi. Kegaduhan dan ketertinggalan itulah yang pada gilirannya dimanfaatkan oleh para adidaya dan raksasa untuk terus mengontrol, menghisap, dan mengekspolitasi.
HMI tidak hanya meletakkan dirinya sebagai warga Indonesia, melainkan juga sebagai warga dunia. HMI tidak semata sebagai anggota masyarakat suatu negara (bernama Indonesia), tetapi juga merupakan bagian dari umat manusia (dan kemanusiaan) secara universal. Maka dari itu, HMI dalam peran perjuangannya, turut serta dalam mengupayakan tatanan dunia yang adil dan bermartabat. Dalam beberapa kesempatan, HMI menggalang kekuatan-kekuatan kaum muda di dunia untuk melakukan pembelaan terhadap masyarakat di negeri yang tengah dirundung prahara politik dan ekonomi. HMI mengusahakan pula pertemuan-pertemuan internasional antar pemuda/mahasiswa untuk saling berbagi informasi dan merapatkan barisan menentang kekuatan zalim yang berusaha menguasai tata internasional.




Penguatan Perkaderan dan Organisasional HMI
Pasca gerakan reformasi, HMI memang kelihatan lebih cenderung melakukan penguatan ke luar. Hal tersebut berbeda dengan HMI sebelum meletusnya reformasi 1998. Penguatan ke luar tersebut tentulah bukan suatu masalah. Bahkan merupakan suatu kemestian yang perlu ditanggapi dan diapresiasi secara lebih jauh oleh warga HMI. Namun demikian, penguatan ke luar tersebut hendaknya tidak membuat warga HMI mengurangi perhatiannya pada usaha-usaha perkaderan dan penguatan organisasional.


Dalam konstitusi kelembagaannya, HMI telah menegaskan diri sebagai organisasi perkaderan dan pejuangan sebagai identitas hakikinya. Kedua identitas tersebut merupakan suatu kesatuan utuh yang tak boleh dipisahkan satu sama lain. Dalam konteks perjuangan, komitmen dan konsistensi HMI tidak mungkin diragukan lagi, sebab sudah dicatat baik-baik oleh sejarah. Namun demikian, peran-peran perkaderan dan organisasional HMI, nampaknya tidak begitu menunjukkan perkembangan yang signifikan dewasa ini. HMI memang telah mengalami peningkatan jumlah cabang dan Badko, namun di sisi lain, jumlah dan kualitas kader di cabang-cabang utama, justru menunjukkan gejala yang mencemaskan. Di sinilah pentingnya HMI kembali memikirkan persoalan-persoalan internalnya (perkaderan dan organisasi).


Penguatan HMI semata-mata ke luar, akan sangat berbahaya apabila HMI tidak lagi ditopang oleh kader-kadernya yang berkualitas ulul albab. Jika perkaderan-perkaderan HMI diselenggarakan secara instan dan tidak sungguh-sungguh, maka yang akan lahir adalah kader-kader prematur yang berwatak bengkok dan bermental rapuh. Kader-kader semacam ini tentu tidak bisa diajak untuk berbicara soal perjuangan dan idealisme. Jika kader-kader yang dihasilkan oleh HMI hanya mereka yang sekadar (mau) tahu soal perpolitikan belaka, maka sudah tentu kader semacam ini sulit diajak untuk berpikir mengenai peradaban (masyarakat tamaddun). Jika kader yang dihasilkan HMI hanyalah mereka yang mencari jalan untuk hidup senang dan mewah-mewahan, maka kader semacam ini akan sukar untuk diajak memiliki kepekaan atas penderitaan rakyat yang miskin, lapar, lemah, dan terpinggirkan (mustadh’afien).


Kongres HMI ke-28 merupakan wadah dimana aktivis-aktivis HMI dari seluruh Indonesia membicarakan segala macam persoalan yang dihadapi oleh HMI, terkait dengan sekelilingnya dan dirinya sendiri. Kongres HMI ke-28 nantinya akan merumuskan dan mengambil kebijakan-kebijakan strategis organisasi. Maka dari itu, dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, HMI menyelenggarakan Kongres ke-28 dalam rangka menata organisasi, serta melakukan refleksi kritis terhadap realita tata masyarakat, dunia, dan kehidupan.

Note: PB HMI membuka diskusi terkait dengan ToR  ini, bagi yang tertarik untuk menanggapi, silahkan bisa via email: sekretariat@pbhmi.net dan di cc ke email sekjend PB HMI Alto Makmuralto: altomakmuralto@yahoo.co.id



  Bogor, pbhmiNET -  Ahad siang (13/2/2011) yang sejuk diiringi dengan kabut gelap menemani acara diskusi yang menarik di Sekretariat HMI Cabang Bogor yang berada di Jl. KH. Soleh Iskandar, Bogor. Diskusi santai tapi serius dengan tema “Rejuvenasi Konstitusi HMI Perlu Tidak?”, adalah respons terhadap semakin dekatnya Kongres HMI XXVII di Pekanbaru, 14-19 Juni 2011.

  Diskusi menghadirkan pembicara Ketua MSO PB HMI Roni Hidayat dan dihadiri oleh para kader HMI Cabang Bogor. Menurut Kanda Roni hidayat, rejuvenasi dalam tema ini kurang cocok karena juvenasi identik dengan sesuatu yang kecil dan ketidakmapanan. Namun rejuvenasi menurut kami lebih mengacu kepada pembaharuan.
  Tujuan diadakannya kajian ini yang merupakan salah satu niat sungguh HMI Cabang Bogor dalam menghidupkan Konstitusi HMI, karena dalam beberapa kurun waktu terakhir Konstitusi HMI terasing dari kader HMI sendiri. Seakan-akan Konstitusi HMI sesuatu yang hanya bisa dikatakan dan tulis tanpa ada aplikasi yang jelas.
Konstitusi menurut Kanda Roni seharusnya memiliki aspek koherensi dan aplicable. Koherensi berarti berhubungan satu sama lain. Aplicable berarti bisa teraplikasi dalam perilaku individu dan organisasi HMI. Ada beberapa hal yang menjadi diskusi serius pada kajian tersebut, diantaranya AD pasal 10 dan pasal 20 yang masih ambigu, pedoman keanggotaan yang sekarang menjadi bahasan populer baik di dunia maya maupun dalam forum HMI yang lain, administrasi HMI yang sekarang mulai luntur oleh teknologi, istilah-istilah ambigu dalam Konstitusi. Dibahas pula tentang definisi-definisi kata maupun istilah HMI agar tidak terjadi salah tafsir terhadap Konstitusi. Begitu juga dengan atribut dan lagu Mars Hijau hitam yang iramanya tidak identik dengan lagu “mars”. Keefektifan rapat pleno pun menjadi bahasan dalam kajian ini. Seperti dalam Pleno III kemarin maupun Pleno sebelumnya yang tidak menghasilkan sesuatu yang berarti, sehingga dianggap Rapat Pleno hanya sekedar pelaksanaan kerja belaka tanpa ada ruh yang kuat.

  Dari beberapa hal tersebut diatas, bahkan mungkin masih ada hal lain dari Konstitusi yang belum terbedah menurut Imam Fahruri selaku Kabid Inbud HMI Cabang Bogor Konstitusi HMI tidak relevan sehingga aplikasinya kedalam diri kader dan organisasi sendiri jauh panggang dari api. Sehingga perlu adanya amandemen Konstitusi HMI. Herdiana selaku Ketua umum HMI Cabang Bogor menambahkan bahwa Kajian ini tidak sebatas ditataran HMI Cabang Bogor saja, namun akan dilakukan dengan cabang-cabang yang lain. Hal ini perlu dilakukan untuk kemajuan HMI, apalagi mendekati Kongres PB HMI.

Rabu, 16 Maret 2011



Akhir-akhir ini sering kali muncul berbagai masalah ke-Islaman yang sangat menyita perhatian masyarakat. Mulai dari Nabi palsu, permasalahan Ahmadiyah, hingga tentang faham Syi’ah. Hal ini sangat menyibukkan berbagai lembaga keagamaan. Baik lembaga yang berada di bawah naungan negara seperti MUI, Kementerian Agama, DPR komisi VIII atau lembaga Islam yang mandiri seperti NU, Muhammadiyah dan organisasi-organisasi Islam yang lain.

Tidak sedikit yang menganalisa bahwa kejadian-kejadian itu merupakan bagian dari permainan politik kekuasaan. Ada juga yang mati-matian menyebutkan bahwa fenomena ini murni bersifat ideologis. Dan ada pula yang melihat dari kaca mata ekonomi. Oleh karena itu, sebelum kita ikut-ikutan berkomentar, alangkah baiknya jika kita tahu duduk persoalannya. Kapan, bagaimana dan dimana mereka mulai ada? Konteks sosial seperti apa yang mendorong lahirnya berbagai aliran tersebut? Barulah setelah itu kita bisa memposisikan mereka dalam ruang ke-Islaman Nusantara ini.

Dengan demikian tulisan ini tentunya akan kembali ke masa lalu. Menelisik sejarah awal semenjak kelahiran Islam di Makkah, kemudian perpindahan dari Rasulullah ke khulafaurrasyidin, hingga transformasi kekuasaan ke beberapa khalifah. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah berbagai kondisi sosial-politik yang melingkupi perjalanan Islam hingga muncul berbagai perbedaan pemahaman akidah.

Masyarakat Arab dan Lahirnya Islam
Tulisan ini diawali dengan sebuah fragmen kecil yang bercerita tentang kisah Afif al-Kindi. Afif al-Kindi adalah seorang pedagang yang sering datang dan pergi dari dan ke Makkah. Maklumlah Makkah adalah sebuah bandar perdagangan besar pada zamannya (hingga sekarang). Makkah adalah kota strategis untuk berdagang. Karena semenjak zaman Nabi Ibrahim Makkah selalu dikunjungi oleh berbagai suku dari macam-macam bangsa. Selain mempunyai tujuan utama beribadah menziarahi Ka’bah Baitullah, orang-orang itu juga datang dengan membawa berbagai barang dagangan untuk saling ditukarkan.

Suatu hari pada musim haji Afif al-Kindi datang ke Makkah dengan membawa barang dagangan. Ditengah kesibukan dagang ia berjumpa dengan al-Abbas paman Rasulullah saw. dengan asyiknya mereka berdua saling bercengkrama. Membahas berbagai hal dan informasi. Sebagai pedagang luar, Afif al-Kindi banyak mengorek informasi dari al-Abbas, mulai dari masalah perdagangan, wisatawan, hingga isu-isu terbaru di kota Makkah? Tiba-tiba saja di saat mereka tengah berbincang, mata Afif al-Kindi menatap seorang laki-laki yang sedang shalat menghadap ka’bah lalu disusul seorang perempuan dan seorang pemuda yang turut shalat bersamanya. Sebagai orang asing, Afif al-Kindi melihat hal itu merupakan suatu keanehan. Maka iapun bertanya kepada al-Abbas “agama apakah itu?”. Al-Abbas Menjawab “Itu adalah Muhammad Ibnu Abdullah putra saudara laki-lakiku. Dia menganggap dirinya utusan Allah (rasulullah) yang berobsesi menggulingkan Persia dan Romawi. Sedangkan perempuan itu adalah Khodijah, istri Muhammad, ia percaya dengan apa yang disampaikan suaminya. Dan pemuda itu adalah Ali bin Abi Thalib, ia juga percaya pada apa yang disampaikan Muhammad”. Al-Abbas masih melanjutkan perkataannya “Tak-ku lihat seorangpun (selain tiga orang ini) di muka bumi yang memeluk agama ini”. Kemudian Afif al-Kindi berkata: “Semoga aku menjadi orang yang ke empat”.

Sedari awalnya, Nabi Muhammad saw memang menggandengkan cita-cita perjuangan Islam dengan penggulingan dua kekuasaan dominan, yakni obsesi untuk menaklukkan imperium Persia dan Romawi (Bizantium) sebagai adikuasa dunia saat itu. Nabi Muhammad saw. melihat penaklukan itu sebagai jalan kesuksesan dakwah Islam di dunia selanjutnya. Kekuasaan bukan tujuan utama, melainkan sebagai wasilah memuluskan jalan penyebaran Islam. Di sisi lain, pemilihan isu penaklukan bangsa Romawi dan Persia yang diangkat oleh Nabi Muahmmad saw. berfungsi untuk menarik perhatian dan menyatukan ambisi politik masyarakat Arab. Wacaana politik ini ternnyata turut menentukan genealogi kemunculan beberapa kelompok (firqah) dalam Islam.

Secara sosiologis, karakter dan lingkungan Arab yang dikelilingi padang pasir juga mempengaruhi watak bangsa Arab. Watak alami pasir itu selain susah disatukan juga bersifat tidak stabil atau labil. Ini sesuai dengan kaedah linguistik bahwa kata (عرب ( berarti bergerak, berubah atau labil. Sehingga al-wasith mengungkapkan kata kerobak dengan (عربة.) Watak ini secara tidak langsung menjadikan bangsa Arab sulit –kalau tidak mustahil- bersatu. Watak itu juga membuat mereka menjadi bangsa yang memiliki fanatisme tinggi sekaligus fatalisme yang mengakar. Tidak mengherankan jika mereka saling bermusuhan antar suku (kabilah) meskipun hanya mengenai urusan sepele. Misalnya hanya karena persoalan salah menghormati tamu berkobarlah perang fijar. Dalam Sirah Nabawiyah Juz I, Ibn Hisyam menerangkan bahwa perang Fijar terjadi ketika Nabi saw berusia 14 tahun atau 15 tahun, perseteruan tersebut antara bani Quraisy yang didukung Kinanah dengan Bani Qais ‘Ailan.

Di tengah-tengah bangsa seperti itulah Allah swt. mengutus Rasulullah saw, untuk membawa misi Islam (risalah Islamiyyah) yang lebih menekankan rehabilitasi moral (akhlaq), persaudaraan (ukhuwah) dan persatuan. Selama kurang lebih 23 tahun beliau mampu meredam fanatisme kesukuan yang telah tertanam dalam diri mereka menjadi fanatisme Islam. Mereka semula bangga dengan gelar kesukuan seperti al-Taymi, al-Adiy, al-Najjariy dan sebagainya, berubah menjadi gelar yang bertalian dengan Islam seperti al-Siddiq, al-Faruq, al-Murtadha dan sebagainya.

Namun, prestasi cemerlang itu tidak bisa dipertahankan terus. Persaudaraan yang tercipta pada masa Nabi Muhammad saw, sebagai manifestasi “semangat keislaman” (ghirah Islamiyyah) mengalami kemunduran. Sejarah mencatat bahwa setelah Rasulullah SAW wafat bahkan sebelum jenazah beliau dimakamkan, sudah terjadi perdebatan sengit mengenai pengganti (khalifah) nabi sebagai pemimpin Islam. Menurut banyak sumber sejarah, diantaranya Tarikh Ibn Ishak, ta’liq Muhammad Hamidi menerangkan bahwa Rasulullah saw. wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ al-Awwal tahun 11 H. dalam usia enam puluh tiga tahun. Namun jenazah beliau barulah dikebumikan pada hari Rabunya Sehingga dalam waktu tiga hari para sahabat justru sibuk mengurusi soal khalifah. Begitu juga keterangan Ibn al-Atsir dalam al-Kâmil fi aI-Târikh, Juz II,

Perdebatan berlangsung di Saqifah Bani Sa’ad yang melibatkan golongan Anshar (Aus dan Khazraj) dan golongan Muahajirin. Di sana terdengar suara minor, “dari pihak kami ada seorang pemimpin, dari kamu juga ada seorang pemimpin”. Perdebatan di Saqifah bani Sa’ad tersebut berakhir dengan terpilihnya Abu Bakar al-Shiddiq sebagai khalifah pertama.

Reaksi atas terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah segera berdatangan. Ada sebagian orang yang menyatakan kesetiaan dengan melantik (membai’at) secara spontan. Tetapi ada juga orang yang tidak bersedia membai’at bahkan tidak sedikit yang menyatakan keluar dari Islam (murtad). Berikut ini suatu gambaran riddah-nya (kemurtadan) bangsa Arab waktu itu:

“ketika Rasulullah SAW, wafat dan Abu Bakar mengirim pasukan yang dipimpin Usamah, maka bangsa Arab murtad. Suasana menjadi panas. Semua suku murtad kecuali suku Quraisy dan Tsaqif. Semakin kuat posisi Musailamah dan Thulhah. Mayoritas suku Thayyi’ dan Asad berkumpul di rumah Thulaihah. Suku Ghathfan murtad mengikuti “Uyainah ibn Hashn. Ia berkata: seorang nabi dari kubu Asad dan Ghathfan lebih aku sukai dari pada seorang nabi dari suku Quraisy….



Fakta sejarah di atas kalau dianalisis secara cermat memberikan indikasi bahwa munculnya fanatisme kesukuan bangsa Arab pasca Nabi sulit dibendung lagi. Sikap bangsa Arab yang susah untuk bersatu kambuh lagi. Kondisi seperti itu masih ditambah lagi dengan keengganan Ali ibn Abi Thalib untuk membai’at Abu Bakar sebagai khalifah. Baru setelah istrinya, Fatimah Zahra binti Muhammad saw, wafat Ali menyatakan bai’at.

Pada saat itu, meskipun umat Islam masih satu dalam masalah aqidah dan syari’ah, namun mereka sudah mulai terkoyak-koyak dalam kehidupan politik (siyasah). Inilah yang nantinya menjadi awal lahirnya berbagai firqah dalam Islam.

(Ulil Hadrawi, disadur dan disarikan dari berbagai sumber)
Stockholm,
Muslim Swedia  baru membentuk Dewan Fatwa. Dewan ini akan membantu muslim di Swedia yang mencari nasihat tentang bagaimana hidup sesuai dengan Islam, termasuk untuk memberi fatwa kontemporer menyangkut halal dan haramnya suatu hal.

Bagi 450 ribu Muslim atau sekitar 5 persen dari total penduduk di Swedia,  mungkin tidak selalu mudah untuk memahami bagaimana praktik-praktik Islam paling baik diterapkan dalam masyarakat Swedia.

Hadirnya Dewan Fatwa Swedia (Svenska Fatwaraadet) --secara resmi dimulai pada pertengahan 2009 dengan 14 anggota-- sangat membantu. Dewan ini beranggotakan imam berpendidikan tinggi dan orang-orang dengan pengalaman di berbagai bidang.

"Pertanyaan paling umum yang kami terima berkaitan dengan isu-isu hubungan - perkawinan dan perceraian - juga masalah-masalah ekonomi, masalah-masalah pribadi tentang bagaimana untuk hidup sebagai Muslim di Swedia dan arbitrasi konflik," kata Saeed Azam, ketua Dewan.

Ini adalah praktik umum bahwa umat Islam mencari nasehat agama tentang bagaimana hidup dengan cara yang terbaik.

Kata fatwa umum didefinisikan sebagai pernyataan hukum dalam Islam yang dikeluarkan olehlembaga berkompeten tentang satu masalah tertentu. Fatwa ada yang bersifat universal, namun ada pula yang bersifat lokal, mempertimbangkan waktu dan tempat. Sebagai contoh, pada tahun 2001, Grand Mufti Mesir mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa acara televisi populer Who Want To Be  a Millionaire adalah tidak Islami.

Namun fatwa ini dibantah banyak pihak, karena mempertimbangkan  tidak ada keberatan karena mereka menyebarkan pengetahuan umum.

Dewan Fatwa Swedia mengeluarkan fatwa pertama tahun lalu sebagai tanggapan terhadap serangan bom bunuh diri di Stockholm, mengutuk tindakan tersebut dan menggambarkannya sebagai tidak kompatibel dengan Islam.

"Ada kebutuhan besar di Swedia untuk minoritas Muslim sebuah dewan untuk meminta saran dalam konteks yang sesuai dengan lingkungan. "Kami tahu bagaimana rasanya hidup di Swedia dan kondisi bahwa orang hidup di sini, kita memahami tantangan ini," kata Azam.

Dewan Fatwa Swedia berencana untuk menyebar imam yang berkualitas ke seluruh negeri untuk meningkatkan jangkauan mereka.

Dalam Dewan mereka berencana untuk membentuk Komite Fatwa, yang hanya terdiri dari imam yang telah mendapatkan setidaknya gelar sarjana dalam syariah, atau studi tentang sistem hukum Islam.

Syariah, bagaimanapun, penafsiran beragam, dari konservatif sampai liberal. "Ini merupakan tindakan penyeimbangan untuk menemukan wakil yang tepat, untuk menghindari ekstremitas," kata Azam.

Saat ini Komite yang beranggotakan sembilan imam berpendidikan tersebut, akan menjawab apapun pertanyaan Jamaah. Anggota Komite jumlahnya ganjil untuk memastikan suara mayoritas saat memberikan jawaban.

Mereka juga membuka layanan interaktif. Pertanyaan bisa disampaikan kepada Dewan melalui surat dan e-mail melalui situs web mereka.

Namun tak semua mendukung berdirinya Dewan Fatwa ini.  "Mereka adalah kelompok kecil tanpa kualifikasi yang sebenarnya tak perlu didirikan di sini di Swedia," kata seorang perwakilan dari Masjid Agung di Stockholm. Apalagi, katanya, mereka telah memiliki dewan Muslim.

Dewan Muslim Swedia (Sverige's Muslimska Rad - SMR) dianggap sebagai otoritas Muslim tertinggi di negeri ini dan berfungsi sebagai organisasi payung bagi semua kelompok Islam dan  terdaftar di Swedia.

Presiden SMR,  Helena Benaouda, mengatakan hal senada. Ia menyayangkan Dewan yang minim representasi perempuan. (rep)




Check out this SlideShare Presentation:
Check out this SlideShare Presentation:
   Apabila anda sedang mengalami stress, atau tensi anda naik, atau pusing yang berkepanjangan, atau mengalami nervous (salah satu jenis penyakit penyimpangan perilaku berupa uring-uringan, gelisah, takut, dll). Jika anda takut terkena tumor, maka sujud adalah solusinya.... Dengan sujud akan terlepas segala penyakit nervous dan penyakit kejiwaan lainnya. Inilah salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Muhammad Dhiyaa'uddin Hamid, dosen jurusan biologi dan ketua departemen radiasi makanan di lembaga penelitian teknologi radiasi.
   Sudah lumrah bahwasannya manusia apabila mengalami kelebihan dosis dalam radiasi, dan hidup di lingkungan tegangan listrik atau medan magnet, maka hal itu akan berdampak kepada badannya, akan bertambah kandungan elektrik di dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Dr. Dhiyaa' mengatakan bahwa sesungguhnya sujud bisa menghilangkan zat-zat atau pun hal-hal yang menyebabkan sakit.

Pembahasan Seputar Organ Tubuh
 

  Dia adalah salah satu organ tubuh... dan dia membantu manusia dalam merasakan lingkungan sekitar, dan berinteraksi dengan dirinya, dan itulah tambahan dalam daerah listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh tubuh menyebabkan gangguandan merusak fungsi organ tubuh sehingga akhirnya mengalami penyakit modern yang disebut dengan "perasaan sumpeg", kejang-kejang otot, radang tenggorokan, mudah capek/lelah, stress ... sampai sering lupa, migrant, dan masalah menjadi semakin parah apabila tanpa ada usaha untuk menghindari penyebab semua ini, yaitu menjauhkan tubuh kita dari segala peralatan dan tempat-tempat yang demikian.
Solusinya ???
Harus dengan mengikuti sesuatu yang diridhai untuk mengeliminir hal itu semua, ... yaitu dengan bersujud kepada Satu-satunya Dzat yang Maha Esa sebagaimana kita sudah diperintah untuk hal itu, dimana sujud itu dimulai dengan menempelkan dahi ke bumi (lantai). Maka di dalam sujud akan mengalir ion-ion positif yang ada di dalam tubuh ke bumi (sebagai tempat ion-ion negatif). dan seterusnya sempurnalah aktivitas penetralisiran dampak listrik dan magnet. Lebih khusus lagi ketika sujud dengan menggunakan 7 anggota badan (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua kaki) maka dalam posisi ini sangat memudahkan bagi kita menetralisir dampak listrik dan magnet.


  Diketahui selama penelitian, agar semakin sempurna proses penetralisiran dampak itu semua, maka sujud harus menghadap ke Makkah (Masjid Ka'bah), yaitu aktivitas yang kita lakukan di dalam shalat (qiblat). Sebab Makkah adalah pusat bumi di alam semesta. Dan penelitian semakin jelas bahwa menghadap ke Makkah ketika sujud adalah tempat yang paling utama untuk menetralisir manusia dari hal-hal yang mengganggu fikirannya dan membuat rileks.

Subhanallah, ....Begitu Maha Bijaksana Nya Engkau Ya Rabb..pantaskah kami mengharap surga – MU sementara kami lalai  atas segala yang Engkau perintahkan,.tapi Hamba yang Hina ini tak sanggup bila harus menjadi penghuni neraka yang Engkau sediakan bagi Hamba Mu yang durhaka…Ridhailah setiap langkah kebaikan hati ini…Tuntunlah segenap langkah diri ini untuk menggapai Surga yang telah Engkau Janjikan kepada setiap Hamba-MU yang Bertakwa & Beriman Kepada – Mu ya Rabb .   Amiin Ya Rabbal Alamin…

 


Assalamualaikum wbt,
Simpanlah baik2 postingan ini dan sebarkan pada rekan2 anda sebagai peringatan kita setiap hari dimana syaitan2 kurang ajar ini mengganggu hidup harian yang mungkin selama ini kita tidar sedar hasutan mereka. Sampaikan kepada sekelian muslimin/muslimat yang lain semoga menjadi pedoman hidup hingga keakhir hayat , Insya'Allah .

Umar al-Khattab r. a berkata, terdapat 9 jenis anak syaitan :

1.    Zalituun
Duduk di pasar/kedai supaya manusia hilang sifat jimat cermat. Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.

2.    Wathiin
Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah.

3.    A'awan
Menghasut sultan/raja/pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Seronok dengan kedudukan/kekayaan hingga terabai kebajikan rakyat dan tidak mahu mendengar nasihat para ulama.

4.    Haffaf
Berkawan baik dengan kaki botol. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat (cth: disko, kelab mlm & tempat yg ada minuman keras).

5.    Murrah
Merosakkan dan melalaikan ahli dan orang yg sukakan muzik sehingga lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam keseronokan dan glamour etc.

6.    Masuud
Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa sahaja penyakit yg mula dari kata-kata mulut.

7.    Daasim (BERILAH SALAM SEBELUM MASUK KE RUMAH...)
Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar berlaku keruntuhan rumahtangga (suami isteri bercerai-berai, suami bertindak ganas, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan pelbagai bentuk kemusnahan rumah tangga lagi).

8.    Walahaan
Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan solat dan menjejaskan ibadat-ibadat kita yg lain.

9.    Lakhuus
Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api/matahari. Dan yang terakhir ni yang paling teruk! (SCROLL DI BAWAH)

10. Isetan.
Sebuah pasaraya yg terkemuka di seluruh duniawi. terdapat di sekitar Lembah klang, singapore, Beijing &..... Kebaikan: Memberi potongan harga pada Karnival jualan

Keburukan: Melalaikan manusia bershopping sehingga lupa waktu sembahyang dan lupe yg lakinya dah tunggu kat kereta. Pesanan ; Shopping tu agak2 sikit, jangan sampai berlebih2an pulak. Membazir itulah
sebenarnya amalan Syaitan

11. Hindusetan
Nie mereka2 yg menonton criter hindustan, sampai masuk waktu sembahyang, maseh menyonggol depan tv.....kapala keluar tanduk, tak sedar.......jadi lah hindusetan!!!

Senin, 07 Maret 2011


*Agus Rudianto
*Kader Hmi Komfak TI UII 

 Sebenarnya saya mau menulis dan mempublisnya tepat pada hari terbunuhnya  Tan Malaka tepat pada tanggal 19 Februari 1949, untuk memperingati 60 tahun terbunuhnya Tan Malaka secara tragis. Tapi hari ini tangan ku sudah tidak tahan lagi untuk menulis ini, mungkin para pembaca sudah akrab mendengar nama Tan Malaka, sedangkan saya baru kemaren belum lama kira-kira antara tahun 2004-2006 saya lupa, yang jelas kurang dari lima tahun begitu, dan baru beberapa bulan ini saya mulai mencari serta membaca buku-buku tentang Tan Malaka.
 Saya terlambat sekali untuk menggali pikiran-pikiran Tan Malaka yang sangat luar biasa bagi bangsa ini, sejak duduk di bangku sekolah dari SD, SMP, dan SMA sama sekali tidak pernah saya dengar yang namanya Tan Malaka dalam jajaran tokoh-tokoh besar Indonesia, apa karena dia seorang  PKI  atau Komunis Nasionalis danatau karena masalah Politik sehingga dia tidak masuk dalam kurikulum pendidikan sejarah waktu dulu saya masih duduk dibangku sekolah, dan apa sekarang juga masih belum ada dalam kurikulum pendidikan saya tidak tau pasti. Padahal Presiden Soekarno menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, melalui keputusan Presiden No. 53/ 1963, 14 tahun setelah kematian Tan Malaka. Memang sangat rumit tokoh ini tak banyak yang mengenalnya begitu dekat atau bertemu muka secara fisik, Tan Malaka cenderung menjadi Tokoh Legendaris.

  Tan Malaka bernama lengkap Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka, lahir pada tahun 1897 di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, dan meninggal atau lebih tepat terbunuh secara tragis ditembak mati pada 19 Februari 1949 di pinggir Sungai Brantas, yaitu di desa Mojo yang letaknya di sebelah Selatan Kota Kediri, Jawa Timur. Penuturan Sekretariat Urusan Agitasi-Propaganda Dewan Partai Murba, oleh Djamaluddin Tamim berikut: …. Tan Malaka bersama-sama dua puluh orang pemuda pengawalnya seperti Si Teguh dari Magelang, Si Ali dari Aceh, Si Gimin dari Jawa Barat dan pemuda-pemuda lainnya dari Yogyakarta, Surakarta, Malang, Blitar, dan Kediri: telah ditembak mati pada 19 Februari 1949 di pinggir Sungai Brantas, yaitu di desa Mojo yang letaknya di sebelah Selatan Kota Kediri sejauh 10 km --- oleh dan atas perintah Let. Kol. Surachmat (Kepala Staf) dan Kolonel Sungkono (Panglima dan Gubernur Jawa Timur), yang keduanya menjabat selama periode 19 Desember 1948 (Agresi Belanda II)- Desember 1949 (Konferensi Meja Bundar)….
   Dalam buku yang berjudul Tan Malaka diBunuh (Resist Book, Yogyakarta, 2007), yang ditulis oleh Yunior Hafidh Hery berkesimpulan, “….tidak berlebihan jika dinilai Soekarno dan Hatta mengerti duduk-perkara terbuangnya nafas Tan Malaka, setidaknya sedikit. Mengetahui siapa yang membuang nafasnya pada 19 Februari 1949 lampau…. Sepatutnya yang sedikit/banyak ini disuguhkan kepada makamah agung sejarah Indonesia. Demi keterbukaan kita sebagai bangsa, demi terbukanya kran kejujuran. Semestinya Soekarno-Hatta, atau pewaris-pewaris ajaran mereka yang mengerti seluk-beluknya, menuturkan kronologi terbuangnya nafas Tan Malaka, dengan lapang dada”. Dalam buku ini juga dituliskan tentang Siapa yang membuang nafasnya Tan Malaka pada 19 Februari 1949? : Pemerintah Soekarno-Hatta mengintruksikan Nasution melucuti senjata pasukan-pasukan Tan Malaka  --> Soekarno-Hatta atau langsung melalui Nasution mencabut dukungan perwira-perwira di Divisi IV Siliwangi terhadap Tan Malaka, karena Tan Malaka sedang di Jawa Timur, Soekarno-Hatta lagi, langsung, atau lewat Nasution, memerintahkan otoritas Jawa Timur, Gubernur Sungkono, untuk menyelesaikan Tan Malaka --> Selanjutnya, lebih masuk akal diraba, Gubernur Sungkono  menunjuk Let. Kol. Surachmat sebagai pengeksekusi --> Let. Kol. Surachmat beraksi dengan satuan Macan Kerah … --> acara selesai dengan terbuangnya nafas Tan Malaka….
Pesan yang menarik dari bung Hery, “Revolusi jangan makan anak-anaknya sendiri, lagi”
Tan Malaka juga dikenal dengan Bapak Republik, Soekarno menganggapnya sebagai guru Revolusi. Tan Malaka juga dikenal anti-diplomasi tidak mempercayai semua jenis perundingan, semboyan Tan Malaka merdeka 100%.
Karya-karya Tan Malaka 1897 - 1949 
www.marxists.org