Senin, 07 Maret 2011


*Agus Rudianto
*Kader Hmi Komfak TI UII 

 Sebenarnya saya mau menulis dan mempublisnya tepat pada hari terbunuhnya  Tan Malaka tepat pada tanggal 19 Februari 1949, untuk memperingati 60 tahun terbunuhnya Tan Malaka secara tragis. Tapi hari ini tangan ku sudah tidak tahan lagi untuk menulis ini, mungkin para pembaca sudah akrab mendengar nama Tan Malaka, sedangkan saya baru kemaren belum lama kira-kira antara tahun 2004-2006 saya lupa, yang jelas kurang dari lima tahun begitu, dan baru beberapa bulan ini saya mulai mencari serta membaca buku-buku tentang Tan Malaka.
 Saya terlambat sekali untuk menggali pikiran-pikiran Tan Malaka yang sangat luar biasa bagi bangsa ini, sejak duduk di bangku sekolah dari SD, SMP, dan SMA sama sekali tidak pernah saya dengar yang namanya Tan Malaka dalam jajaran tokoh-tokoh besar Indonesia, apa karena dia seorang  PKI  atau Komunis Nasionalis danatau karena masalah Politik sehingga dia tidak masuk dalam kurikulum pendidikan sejarah waktu dulu saya masih duduk dibangku sekolah, dan apa sekarang juga masih belum ada dalam kurikulum pendidikan saya tidak tau pasti. Padahal Presiden Soekarno menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, melalui keputusan Presiden No. 53/ 1963, 14 tahun setelah kematian Tan Malaka. Memang sangat rumit tokoh ini tak banyak yang mengenalnya begitu dekat atau bertemu muka secara fisik, Tan Malaka cenderung menjadi Tokoh Legendaris.

  Tan Malaka bernama lengkap Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka, lahir pada tahun 1897 di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, dan meninggal atau lebih tepat terbunuh secara tragis ditembak mati pada 19 Februari 1949 di pinggir Sungai Brantas, yaitu di desa Mojo yang letaknya di sebelah Selatan Kota Kediri, Jawa Timur. Penuturan Sekretariat Urusan Agitasi-Propaganda Dewan Partai Murba, oleh Djamaluddin Tamim berikut: …. Tan Malaka bersama-sama dua puluh orang pemuda pengawalnya seperti Si Teguh dari Magelang, Si Ali dari Aceh, Si Gimin dari Jawa Barat dan pemuda-pemuda lainnya dari Yogyakarta, Surakarta, Malang, Blitar, dan Kediri: telah ditembak mati pada 19 Februari 1949 di pinggir Sungai Brantas, yaitu di desa Mojo yang letaknya di sebelah Selatan Kota Kediri sejauh 10 km --- oleh dan atas perintah Let. Kol. Surachmat (Kepala Staf) dan Kolonel Sungkono (Panglima dan Gubernur Jawa Timur), yang keduanya menjabat selama periode 19 Desember 1948 (Agresi Belanda II)- Desember 1949 (Konferensi Meja Bundar)….
   Dalam buku yang berjudul Tan Malaka diBunuh (Resist Book, Yogyakarta, 2007), yang ditulis oleh Yunior Hafidh Hery berkesimpulan, “….tidak berlebihan jika dinilai Soekarno dan Hatta mengerti duduk-perkara terbuangnya nafas Tan Malaka, setidaknya sedikit. Mengetahui siapa yang membuang nafasnya pada 19 Februari 1949 lampau…. Sepatutnya yang sedikit/banyak ini disuguhkan kepada makamah agung sejarah Indonesia. Demi keterbukaan kita sebagai bangsa, demi terbukanya kran kejujuran. Semestinya Soekarno-Hatta, atau pewaris-pewaris ajaran mereka yang mengerti seluk-beluknya, menuturkan kronologi terbuangnya nafas Tan Malaka, dengan lapang dada”. Dalam buku ini juga dituliskan tentang Siapa yang membuang nafasnya Tan Malaka pada 19 Februari 1949? : Pemerintah Soekarno-Hatta mengintruksikan Nasution melucuti senjata pasukan-pasukan Tan Malaka  --> Soekarno-Hatta atau langsung melalui Nasution mencabut dukungan perwira-perwira di Divisi IV Siliwangi terhadap Tan Malaka, karena Tan Malaka sedang di Jawa Timur, Soekarno-Hatta lagi, langsung, atau lewat Nasution, memerintahkan otoritas Jawa Timur, Gubernur Sungkono, untuk menyelesaikan Tan Malaka --> Selanjutnya, lebih masuk akal diraba, Gubernur Sungkono  menunjuk Let. Kol. Surachmat sebagai pengeksekusi --> Let. Kol. Surachmat beraksi dengan satuan Macan Kerah … --> acara selesai dengan terbuangnya nafas Tan Malaka….
Pesan yang menarik dari bung Hery, “Revolusi jangan makan anak-anaknya sendiri, lagi”
Tan Malaka juga dikenal dengan Bapak Republik, Soekarno menganggapnya sebagai guru Revolusi. Tan Malaka juga dikenal anti-diplomasi tidak mempercayai semua jenis perundingan, semboyan Tan Malaka merdeka 100%.
Karya-karya Tan Malaka 1897 - 1949 
www.marxists.org

0 komentar:

Posting Komentar