Minggu, 27 Maret 2011


      Azirani Firliana*
      *Kader Hmi Kofak TI UII

       Era globalisasi merupakan era informasi. Di era globalisasi ini, maraknya teknologi canggih telah menguasai dunia dan telah berhasil menyatukan berbagai lapisan masyarakat dari tua-muda hingga miskin-kaya. Hal ini tidak terlepas dari peranan sains yang semakin berkembang mengikuti perkembangan zamannya, dimana para saintis dituntut untuk lebih produktif, inovatif dan berimprovisasi akan penemuannya agar mampu bersaing dengan penemuan-penemuan yang sudah ada. Kemajuan sains dan teknologi dewasa ini telah memberikan kemudahan-kemudahan yang memanjakan kehidupan manusia dalam segala aspek, dimana pada mulanya manusia dengan berbudaya tradisional menjadi manusia pemikir yang analitis-kritis dan berketrampilan.
            Sains dan teknologi merupakan dua sosok yang saling berkesinambungan satu sama lain. Dimana sains sebagai “body of knowledge” merupakan sumber teknologi yang mampu memberikan banyak kemungkinan munculnya berbagai ide-ide sebagai penemuan-penemuan baru ataupun penemuan rekayasa. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari sains yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang merupakan fenomena sosial buatan manusia. Tanpa manusia, teknologipun tak akan pernah lahir karena manusialah yang mengendalikan segala operasionalnya.
Di dalam al-qur’an kita telah diingatkan betapa pentingnya menerapkan perkembangan sains dan teknologi, salah satunya tertera dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yang artinya “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk memelihara diri dalam peperanganmu”. Sehingga tidak heran bila pada abad ke-7 M telah banyak pemikir islam yang menjadi pelopor atau trendsetter sains. Namun, potensi tersebut tidak dapat kita gali sebaik-baiknya sehingga kepeloporan itu sirna termakan zaman. Dengan begitu bangsa barat yang sangat pragmatis-materialistis itupun dengan mudahnya memanfaatkan hal tersebut dengan menjadi “trendsetter” akan kepeloporan saintis islam terdahulu yang mampu mengendalikan sains dan teknologi saat ini.
            Dari kemajuan-kemajuan sains tersebut memungkinkan akan menumbuhkan materialisme dan rasionalisme tanpa mengindahkan nilai-nilai agamis bahkan bisa jadi akan menuhankan kemajuan sains diatas segala-galanya sebagai kekuatan hidup, sehingga hal itu mampu merubah pola kemasyarakatan hegemoni, pola pikir dan gaya hidup manusia yang lebih konsumtif dan hedonistik. Apabila kehidupan manusia dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan tentang sains, maka pengetahuan tentang sains dari suatu bangsa akan dipengaruhi pula oleh sejauh mana pengetahuan masyarakat dari bangsa tersebut tentang sains yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dari bangsa tersebut. Bahkan Bacon berpendapat “iptek harus digunakan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, iptek hanya berarti bila nampak dalam kekuasaan manusia; iptek manusia adalah kekuasaan manusia”.
            Contoh aplikasi dari kemajuan sains dapat dilihat dari automatisasi industri yang sebelumnya menggunakan manual control beralih menjadi automatic control atau dari tenaga manusia beralih menjadi tenaga mesin. Hal ini terbukti dengan awal mula penemuan mesin uap oleh James Watt yang menimbulkan Revolusi Industri yang berawal pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
            Selain itu, yang dulunya dalam teknologi hanya berbasis pada mekanik yang kurang optimal dan kaku dalam pengoperasiannya, kemudian manusia mencoba menerapkan sistem jaringan syaraf manusia yang lebih stabil dan fleksibel dalam algoritmanya. Sampai  pada akhirnya sistem tersebut ditiru modelnya dan diaplikasikan pada bidang teknologi yang ada saat ini.
            Globalisasi yang didorong oleh kemajuan sains telah memberi pengaruh besar dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihentikan, ia bagai  gelombang pasang yang akan menarik siapa saja ke dalam pusarannya. Tinggal bagaimana manusia mampu mengendalikan kemajuan-kemajuan sains itu, apakah ia dapat memanfaatkannya dengan baik dan benar untuk kemaslahatan umat atau justru akan menyalahgunakan demi mengumbar nafsu dan kesenangan duniawi semata. Maka dari itu, kita harus jeli dalam menentukan pilihan-pilihan tersebut. Itulah tantangan bagi kita yang harus kita tentukan dengan pemikiran yang berwawasan jauh kedepan.
Finally, umat manusia khususnya umat islam hendaklah melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna menyeimbangkan ilmu pengetahuan (IPTEK) dengan iman dan taqwa (IMTAQ), serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Seperti pendapat dari Kepala Pendeta Inggris, Jonathan Sacks “Sains adalah penjelasan. Agama adalah interpretasi......”. Sedangkan menurut Albert Einstein “Pengetahuan tanpa agama itu buta, sedangkan agama tanpa pengetahuan itu lumpuh”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada di jagat raya ini sangat membutuhkan keseimbangan...........


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar