Ketika kaca pecah, ketika itu juga dia hancur
Disatukan dengan lem sekalipun tetap retakan itu
akan ada.
Begitu pula dinamika kehidupan sekarang ..
Tak ada manusia yang akan menduga skenario apa yang
akan dijalani esok hari
Manusia hanya bisa mengira ..
Manusia hanya bisa mengonsep ..
Tuhan Maha Menghendaki
Hanya Tuhanlah yang memberi kebijakan untuk
menjalani skenario itu
Karena Tuhan tau apa yang terbaik untuk pembelajaran
hidup dan mendewasakan diri
Menelan Pahit Si Daun Pepaya
“Kalian adalah mutiara yang selalu berkilau meskipun
bercampur lumpur”
Rentetan kata
yang penuh harapan.
Dinamika yang
berjalan tidak sesuai dengan idealita, namun realita terjadi sesuai dengan apa
yang ditakutkan. Itulah kita sekarang.
Kenapa Tuhan menjadikan ini sebuah skenario hidupku
??? Apakah ini sebuah pembelajaran ??
Yaa itulah
pertanyaan yang sempat terngiang.
Diayomi kemudian
menjadi seorang pengayom. Mulai beradaptasi dengan keadaan. Terkadang hilang
arah dalam beretorika. Bertanya kepada diri kemana kompas akan ditemui sebagai
penunjuk arah.
“Ini adalah sebuah tradisi dinda”
Ya ini sebuah
tradisi. Tradisi dari tahun ke tahun akan selalu terjadi. Dan itu realita yang
ada saat ini. Deretan kata bermakna seribu mutiarapun yang menjadi kekuatan
diri, kini mulai meredup dan menjauh dari peradaban.
“Pokoknya kalo Kami balik nanti, kalian masih ada di
sini”
Berat hati menghindar
ketika kalimat itu mencuap kembali. Menjalani sebuah realita bagaikan orang
asing dalam diri sendiri.
Tuhan, akankah diri ini mampu menjalani skenario
yang tlah terpilih ini ?? bisakah ini direvisi layaknya pembuatan proposal
dalam perkuliahan ??
Mau tak mau
memang inilah yang terjadi, meski diri menolak bahwa ini adalah sebuah realita.
“Ternyata apa yang kamu takutkan selama ini terjadi”
Ketika satu
kelopak bunga gugur, ketika itu juga kelopak yang lainnya akan gugur meski
diwaktu yang tak sama dan terlihatlah putik dan benangsari yang ada didalamnya.
Apa mau dikata, itulah dinamika kehidupan ..
“Kamu itu gula diantara kopi, jangan sampai pahit
itu membuatmu hilang”
Sebuah penegasan
yang memberi semangat untuk tetap ada. Analogi yang menuntut mengikuti melodi sebuah
sendok yang mengaduk gula diantara kopi. Nikmati melodinya, pancaran mutiaramu
akan bersinar layaknya gula yang mengalahkan pahitnya si kopi.
Kanda, Yunda mungkin ini adalah sebuah tradisi
Tapi jangan bosan memberi petuah itu kepada kami
Tetaplah bimbing dan ayomi kami agar kami bisa
menuntun Adina-Adinda kami kelak
Agar kita tetap satu dan tidak berai
Disaat kilauan kami meredup, berilah pencerahan
untuk kami tetap hidup
Kalian lebih paham akan apa yang terjadi sekarang
Tapi kami masih tuli akan kerisauan karena tertutup
ego kami
Terimakasih Kanda .. Terimakasih Yunda
Semoga ini bisa menjadi pembelajaran dalam hidup
kami
Dan semoga bisa memberi kedewasaan dalam diri kami
Created by : Elda Ocvita
0 komentar:
Posting Komentar