Kapitalisme adalah
sistem sosial yang didasarkan pada pengakuan hak-hak individu. Dalam ranah
ekonomi, kapitalisme memisahkan intervensi negara dengan perekonomian, seperti
halnya ada sekuler yang memisahkan agama dengan negaranya. Dalam perekonomian
kapitalisme menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala
jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya.
Kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem
perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari
gerakan individualisme.
Dalam perjalanannya,
kapitalisme telah memberikan efek buruk bagi perekonomian dan kesenjangan
sosial yang semakin menganga, terjadinya gap (jurang pemisah) antara si kaya
dan si miskin. Itu semua merupakan dampak dari kejamnya kapitalisme yang
terjadi di di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Negara Indonesia
merupakan negara demokrasi, dan menurut Karl Marx negara demokrasi adalah
negara kapitalis, karena negara dikontrol oleh logika ekonomi kapitalis yang
mendiktekan bahwa kebanyakan keputusan politik harus menguntungkan kepentingan
kapitalis. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah para pemilik modal
(kapitalis), sedangkan masyarakat kecil tetap berada dalam bingkai kemiskinan
akibat kapitalisme.
Sudah banyak
perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia seperti Freeport yang mengekploitasi
hasil bumi di Papua dan Exxon Mobil di Aceh, tidak memperhatikan kesejahteraan
rakyat di sekitarnya. Bahkan pemerintah cenderung berpihak pada investor ketika
terjadi sengketa antara pihak perusahan dan masyarakat sekitar. Keberpihakan
kepolisian pada perusahaan asing di Indonesia seperti dalam tragedi Mesuji
maupun Bima merupakan bukti nyata bahwa republik ini penganut kapitalis. Karena
salah satu ciri negara kapitalis adalah berpindahnya peran pemerintah yang
semula melayani rakyat berubah menjadi pelayan investor atau pemilik modal.
Menurut AM Saefuddin (2011), kapitalisme merupakan suatu istilah luas yang
meliputi: (1) cara produksi kapitalis, (2) kerangka sosio-ekonomi kapitalis,
(3) mentalitas kapitalistis. Pada pokoknya, kesemuanya ini hanyalah merupakan
tiga segi dari gejala yang sama.
Kapitalisme sebenarnya
telah dimulai saat zaman feodalisme Eropa, dimana perekonomian dimonopoli oleh
kaum bangsawan dan tuan tanah. Perkembangan awal kapitalisme dimulai sekitar
abad 16, dimana saat itu Eropa sedang giat meningkatkan perbankan komersil.
Teori ini berkembang saat revolusi industri di Inggris, modal dan keuntungan
dalam setiap transaksi sangat diperhitungkan. Kapitalisme yang dianut dalam
revolusi industri merupakan satu revolusi budaya yang bersifat fundamental
dalam perkembangan masyarakat Eropa. Kapitalisme berkembang secara cepat,
dikarenakan bebas dari tekanan agama maupun negara. Perkembangan kapitalis
pasca revolusi Industri meningkat, seiring berdirinya perusahaan-perusahaan
besar di Eropa.
Kejamnya Kapitalisme
Eksistensi kapitalisme
sudah banyak digugat oleh kalangan masyarakat termasuk di negara yang menganut
sistem ini. Sistem kapitalisme terus digugat karena memiliki efek buruk yang
sangat berbahaya bagi keberlangsungan ekonomi suatu bangsa. Di antara dampak
yang ditimbulkan kapitalisme adalah meningkatnya kemiskinan, merusak budaya
lokal, dan akan membentuk manusia menjadi konsumtif. Meningkatnya kemiskinan
akibat kapitalisme pada akhirnya menimbulkan banyak pengangguran, terjadinya
ketimpangan ekonomi antara orang kaya dengan yang miskin. Kapitalisme membuat
negara miskin semakin miskin karena terbelit utang IMF. Pada akhirnya,
kapitalisme membuat negara miskin dan berkembang sulit bersaing dengan negara
maju lainnya.
Berkaitan dengan
kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menyebutkan angka kemiskinan di
Indonesia mencapai lebih dari 31 juta orang. Jumlah dipredikasi akan meningkat
pada tahun 2012 menyusul krisis keuangan dunia yang masih berlangsung. Parahnya
lagi, Bank Dunia menyebutkan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia mencapai
100 juta jiwa. Kalau kita perhatikan jumlah kemiskinan di republik ini bukan
berkurang, tetapi justru terus bertambah. Disadari atau tidak, semua itu
merupakan buah pahit dari kapitalisme yang terus merajalela.
Menurut penulis
setidaknya ada beberapa faktor kenapa sistem kapitalisme yang selama ini
diagung-agungkan sering menemui kegagalan. Pertama, tujuan kapitalisme yang
bukan sekadar memenuhi kebutuhan dasar manusia, tetapi juga untuk memuaskan
nafsu manusia yang tidak pernah puas. Nafsu manusia yang tidak dilandasi dengan
moralitas dan keimanan menjadikan seseorang serakah dan menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuannya. Kedua, kehidupan kapitalisme digerakkan secara
dominan oleh ekonomi berbasis sektor keuangan yang penuh spekulatif, bukan
digerakkan ke sektor riil yang produktif.
Demokrasi Ekonomi
Dalam proses
pembangunan ekonomi di Indonesia rakyat sering kali mengalami kemiskinan,
kelaparan bahkan kekerasan. Semua ini terjadi akibat pembangunan ekonomi yang
tidak berpihak pada rakyat. Kekayaan yang dimiliki Indonesia mulai pertanian
yang subur, laut yang melimpah dan kekayaan hutan hanya untuk kepentingan para
kapital dan investor asing. Awan Santosa (2009), mengatakan bahwa demokrasi
ekonomi tidak bisa diraih dengan cara menjalankan demokrasi liberal, tetapi
demokrasi ekonomi dapat dicapai dengan cara membangun gerakan sosial yang
kokoh. Gerakan sosial memaknai demokrasi sebagai proses mendaulatkan rakyat
bukan untuk memarjinalkan rakyat melalui pendaulatan kekuatan modal.
Sistem ekonomi
kapitalisme yang banyak dianut negara-negara di dunia, khususnya negara barat
mengenyampingkan rasa keadilan bagi umat manusia sehingga menimbulkan
kemiskinan yang terus merajalela. Karena Kapaitalis lahir dengan dasar
mengesampingkan peran agama untuk mengatur manusia. dengan kata lain agama
hanya ditempatkan pada wilayah individu bukan wilayah umum. Maka inilah yang
menjadi sumber malapetaka Indonesia saat ini. Tatkala Indonesia mengadopsi
sistem kapitalisme maka bukanlah kesejahteraan yang diperoleh melainkan
kemiskinan, kelaparan, pengangguran menjadi hal biasa di tengah tengah
masyarakat.