Jumat, 25 Februari 2011


Oleh: Agus Rudiyanto*
*Kader HMI MPO
Pengertian paling umum teknologi adalah penerapan sains untuk kesejahteraan manusia. Berdasarkan pengertian itu teknologi sebenarnya bernilai positif. Namun, dalam kenyataan pelaksanaannya, teknologi mempunyai sejumlah dampak negatif yang tak diperhitungkan sebelumnya. Bahkan, semakin maju teknologi, semakin dahsyat dampak negatifnya, tetapi makin tersembunyi keterkaitanya. Inilah paradoks teknologi: negativitas dalam positivitas. Hampir dalam setiap positivitas teknologi terkandung negatifitasnya.

Sebenarnya, bukan hanya teknologi yang berkembang sebagai aplikasi sains, melainkan sains modern juga berkembang kerena penerapan teknologi. Antara keduanya terjadi sebuah hubungan umpan balik yang positif.

Di samping itu, teknologi juga mempunyai hubungan umpan balik positif terhadap ekonomi. Kedua umpan balik itu menyebabkan kemajuan teknologi bagaikan tak terhindarkan. Sayangnya, di balik kemajuan teknologi tersembunyi sejumlah bahaya. Semakin maju teknologi semakin samar pula bahaya yang dikandungnya. Teknologi pada mulanya diciptakan untuk memudahkan manusia, pada akhirnya manusia menderita kebergantungan pada teknologi.
Teknologi sebenarnya diciptakan untuk menghubungkan manusia satu dengan manusia lainya, tetapi nyatanya teknologi yang sama membuat banyak manusia dalam kondisi keterasingan: terasing dari manusia lainya, terasing dari alam, bahkan terasing dari teknologi itu sendiri. Yang paling parah iyalah kenyataan bahwa teknologi yang merupakan produk kecerdasan manusia kini cenderung untuk menjadi lebih cerdas dan sebagai konsekuensinya menjadi kekutan yang otonom.

Itulah paradoks teknologi. Paradoks teknologi itu akan menjadi lebih parah lagi jika berujung pada penguasaan teknologi terhadap manusia sebagai balasan terhadap penguasaan manusia terhadap alam.
Jika kita belajar dari sejarah, alam bias dikuasai oleh manusia karena dia mengetahuai prilaku dan hukum-hukum yang berjalan dalam fenomena alam. Dengan demikian, teknologi baru bisa dikuasai oleh manusia secara total, jika dia mengetahui prilaku dan hukum-hukum teknologi sebagai fenomena budaya dan peradaban. Itulah sebabnya, teknologi sebagai penghubung manusia budaya dan alam lingkunganya, perlu dipelajari sebagai objek ilmu yang tersendiri dalam suatu studi teknologi. Studi teknologi ini akan menjadi cikal bakal sains teknologi. Sains dan teknologi itu, pada giliranya akan diterapkan untuk menaklukkan, menguasai, dan mengendalikan teknologi sebagai upaya manusia menembus paradoks teknologi yang telah menyengsarakanya.

Namun, sebelum sains tekologi itu dikembangkan dengan baik, perlu dipelajari dahulu logika teknologi yang merupakan prinsip dasar dibalik hukum-hukum teknologi. Studi untuk itu tak lain tak bukan dari filsafat teknologi. Sebagai pendahulu sains teknologi, filsafat teknologi harus memeriksa teknologi sebagai subsistem peradaban manusia yang harus diteliti struktur, dinamika dan fungsinya. Selanjutnya, perlu diketahui bagaimana teknologi berevolusi dalam sejarahnya, disamping studi tentang evolusi peradaban manusia. Yang lebih penting, perlu diketahuai bagai mana kedua proses evolusi itu saling menunjang perkembangan masing-masing.

Tulisan ini mencoba untuk meletakkan studi teknologi dalam konteks peradaban, kehidupan, kesemestaan, dan ketuhanan yang lebih menyeluruh. Dengan cara ini kita dimungkinkan untuk memaknai teknologi dalam konteksnya yang lebih integral.      

Dikutip dari buku : Revolusi Intgralisme Islam “Merumuskan Paradugma Sains dan Teknologi Islami”
Pengarang; Armahedi Mahzar. 
Ditujukan untuk Unit Perkaderan sebagai tambahan masukan atrikel LK II HMI MPO Komisariat FTI UII



0 komentar:

Posting Komentar